Pulang dari rumah Ki Sadrana, Bendhot mendapat sebungkus garam yang sudah diberi mantra, lalu sebongah tulang babi yang juga bermantera.
Baca Juga: Sabrun Jamilun, Kesabaran yang Sempurna Sangat Penting untuk Mencapai Ketenteraman Batin
Bendhot juga dianjurkan untuk membawa sebilah parang yang dilumuri darah burung gagag.
Pada malam Jumat Kliwon yang ditetapkan Ki Sadrana, Bendhot menabur garam mengelilingi rumah Yutini sebagai pagar mistis. Tentu saja hal itu dilakukan dengan tidak setahu pemilik rumah.
Menjelang tengah malam, Bendhot sudah bersiaga di sekitar rumah Yutini. Lewat tengah malam Bendhot mendengar teriakan dan suara mengaduh di depan rumah Yutini.
Bendhot bersiaga dan dia melihat penampakan gendruwo nggegirisi sedang berguling-guling. Rupanya dia sudah menginjak “ranjau” garam yang disebar Bendhot.
Tanpa menunggu lama Bendhot langsung menghajar gendruwo itu dengan parangnya. Si gendruwo lari tunggang langgang.
Sejak itu gendruwo mbambung tidak datang lagi ke rumah Yutini. Tetapi apakah Bendhot bisa menyunting Yutini, itu cerita lain. (Seperti dikisahkan Hanny S di Koran Merapi) *