harianmerapi.com - Ada ada tiga empu ternama di awal berdirinya Kasultanan Ngayogyakarta. Yaitu empu Entho Wayang, empu Rajekwesi dan empu Lobang
yang merupakan generasi keturunan ke-11 dari Empu Tumenggung Supadriyo, yang juga seorang empu kenamaan pada masa Kerajaan Majapahit.
Ketiga empu tersebut melakukan eksodus ke Kerajaan yang baru berdiri, Kasultanan Ngayogyakarta. Menurut Sungkono, hal itu dilakukan sebagai bentuk pengabdian para leluhurnya dalam upaya memperkuat kasultanan yang dipimpin Sultan Hamengku Buwono I.
Baca Juga: Jejak Pewaris Tangguh Entho-entho 1: Kerajaan Membutuhkan Pusaka untuk Simbol Kebesaran
Dijelaskan Empu Sungkono Harumbraja, para leluhurnya sebelum memilih mengabdi pada Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat,
sempat juga melayani pembuatan berbagai pusaka dan keris pada kerajaan besar di Jawa.
"Sebelum palih negari akibat perjanjian Giyanti, leluhur kami juga pernah mengabdi dan melayani pembuatan berbagai pusaka dan keris di Kerajaan Mataram Islam, dari masa Pajang, Mataram Kotagede, Kerto, Kartosura hingga Surakarta," tuturnya.
Setelah Perjanjian Giyanti yang membagi Kerajaan Mataram menjadi dua wilayah, keturunan Empu Tumenggung Supadriyo ini memilih hijrah memasuki Yogyakarta.
Empu Entho Wayang memilih tinggal di dusun Entho-entho, Moyudan yang letaknya relatif berdekatan dengan pusat pemerintahan sementara yang saat itu berada di Pesanggrahan Ambarbinangun, Gamping.
Regenerasi pun silih berganti dalam silsilah keluarga empu Entho Wayang. Keahlian sebagai pembuat senjata pusaka terus diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya dengan proses alami.
Sementara itu pada kedua empu lainnya, yaitu empu Rajekwesi di Balangan dan empu Lobang di Cebongan, entah pada generasi keberapa ilmu sebagai pembuat senjata dan pusaka tidak lagi dijadikan profesi oleh anak keturunannya.
Menurut empu Sungkowo, ada dua kemungkinan ilmu pembuatan senjata dan pusaka keris tidak bisa berlanjut dan terhenti.
"Karena tidak memiliki keturunan baik anak laki-laki maupun perempuan, atau karena tidak ada anak yang mau melanjutkan pekerjaan sebagai seorang empu," tuturnya. (Ditulis: Teguh) *