harianmerapi.com - Dalam salah satu versi asal usul Reog Ponorogo dikisahkan, bahwaa Raja Singa Barong saat bangun terkejut sekali Raja Kelanaswandana sudah berada di depannya.
“Hai Raja Kelanaswandana mau apa kamu datang kemari?” tanya Raja Singa Barong gelagapan.
“Jangan pura-pura tidak tahu. Bukankah kau hendak merampas usahaku dalam memenuhi persyaratan Dewi Sanggalangit!” balas Raja Kelanaswandana.
“Ha ha ha....,jadi kamu sudah tahu rupanya,” kata Raja Singa Barong sambi tertawa untuk menutupi rasa malunya.
“Ya, untuk itu aku datang kemarun inginn menghukummu,” kata Raja Kelanaswandana sambil mengeluarkan kesaktiannya, diarahkan langsung ke bagian kepala Raja Singabarong.
Seketika kepala Singabarong berubah. Burung merak yang bertengger di bahunya tiba-tiba melekat jadi satu sehingga Raja Singabarong pun berkepala dua.
Raja Singa Barong sangat murka melihat kondisinya, sehingga serta merta mencabut kerisnya dan meloncat menyerang Raja Kelanaswandana.
Dibalas Raja Kelanaswandana yang mengayunkan cambuk saktinya yang bernama Samandiman. Cambuk yang dapat mengeluarkan hawa panas dan suaranya seperti halilintar.
“Jledheeer…” Begitu terkena cambuk Samandiman, tubuh Raja Singa Barong terpental, dan menggelepar-gelepar di atas tanah.
Seketika tubuhnya terasa lemah dan tiba-tiba tubuhnya berubah menjadi binatang aneh, karena memiliki kepala dua, yaitu kepala harimau dan merak.
Ia tidak dapat berbicara dan akalnya telah hilang. Raja Kelanaswandana kemudian memerintahkan prajuritnya menangkap Singa Barong dan membawanya ke negeri Bandarangin.
Beberapa hari kemudian Raja Kelanaswandana mengirim utusan untuk memberitahukan Raja Kediri, bahwa ia bakal datang membawa persyaratan Dewi Sanggalangit.