“Innalillahi wainnailaihi rajiun….” Ucap Pak Rendi
Mbah Mo menitikkan air mata, “Dia anak baik, periang, pintar dan suka membantu gurunya atau murid yang lain. Tapi, mengapa dia harus bertemu dengan Bahar, bapak tiri yang sangat kejam dan bengis” geram Mbah Mo
Kedua tangan Mbah Mo mengepal, napasnya memburu tidak teratur.
“Bahar memintanya untuk meminum racun tikus…” Ujar Mbah Mo yang diakhiri dengan tangisan
“Asih… Asih… malang sekali nasibmu, nak” kata Mbah Mo disela – sela isakannya Mbah Mo menarik napas dalam – dalam agar lebih tenang dalam berkata,
“Pak Rendi harus tahu, mengapa di sekolah ini semua guru perempuan. Karena jika ada guru laki – laki yang datang, Asih sering menunjukkan ketidaksukaanya seperti tadi, pak” jelas Mbah Mo
Baca Juga: Tahapan Manajemen Ekstrakurikuler di Lembaga PAUD, Diawali dengan Perencanaan yang Matang
“Saya hanya berharap dia tenang dan Bahagia di sana, pak. Lahumul Fatihah untukmu Ananda Lestari Asih” ucap Pak Rendi sambil menundukkan kepala. Habis - Semua nama samaran - (Seperti dikisahkan Fitriati Arina Manasikana di Koran Merapi) *