Diam adalah cara terbaik yang mereka pilih. Sambil menghela nafas, Nanang berdoa memohon perlindungan pada Tuhan.
Tiba-tiba hujan berhenti, namun angin bertiup dengan kencangnya. Pasir-pasir yang berada di tempat kontruksi saling bertebangan dan mengganggu penglihatan Nanang dan Sar.
Semakin lama suara sahutan kucing semakin menjauh dan tergantikan oleh suara seruling yang sangat halus dan sangat lirih. Sontak saja hal ini membuat bulu guduk Nanang berdiri.
“Astagfirullahaladzim.. Allahu akbar”, sahut Nanang.
“Ya Gusti, Allahu akbar”, tambah Sar
Tak lama, Nanang mengingat-ingat apa yang pernah dikatakan Ibunya. Jika mendengar bunyi seruling setelah hujan deras itu salah satu tanda pagebluk akan segera berakhir.
Hal ini sesuai dengan jumlah pasien positif Covid-19 yang semakin lama semakin menyusut.
Keesokan harinya Nanang bercerita semua hal yang dialaminya di tempat kontruksi. Ibunya pun langsung memutuskan membuat sayur lodeh tujuh macam sebagai tanda pagebluk akan segera berakhir. (Seperti dikisahkan Ajeng Suci Ratnaningsih di Koran Merapi) *