harianmerapi.com - Masangin merupakan mitos yang masih berkembang sampai sekarang, yakni melewati pohon beringin kembar di Alun-alun Selatan Keraton Yogyakarta dengan mata tertutup.
Menjadi pengalaman mistis ketika saat ikut-ikutan mencoba, malah tersesat ke dunia lain.
Pras mulai menutup mataku dengan kain. Lalu memutar tubuhku sebanyak tujuh kali. Bumi serasa berputar mengelilingiku. Aku pun tak dapat mengira-ngira arah mata angin.
Baca Juga: Cerita Mistis Jadi Korban Ritual Mencari Pesugihan Kandang Bubrah karena Salah Menyediakan Sesaji
Aku pikir ini hanya permainan anak kecil, tapi nyatanya untuk melangkahkan kaki saja aku ragu. Mereka pun bersorak kegirangan menyebut namaku berulang kali.
“Ayo sedikit lagi!” teriak mereka.
Entah mengapa hatiku berdebar-debar padahal sudah hampir lima tahun bergelut dengan tanaman. Baru sebulan yang lalu meneliti pohon beringin di Kebun Raya Bogor.
Pohon beringin tersebut sudah berusia ratusan tahun, namun biasa saja tidak membuatku was-was. Berbeda dengan ringin kembar di hadapanku.
Baca Juga: Cara Orang Tua Mengatasi Berbagai Problema Psikologis Anak dalam Perkembangannya
Bentuknya tidak terlalu besar, tetapi sangat unik berdiri sejajar sama bentuk dan ukuran. Aura mistik pun nampak jelas. Ada sesuatu yang tak biasa.
Orang-orang diseklilingku juga melakukan hal yang serupa denganku. Anak kecil, remaja, sampai orang tua mencoba berjalan di tengah-tengah ringin kembar tersebut.
Tidak sedikit yang gagal, namun beberapa berhasil melewatinya. Ada yang meyakini sebagai mitos ataupun sekadar mengisi waktu luang sepertiku. Jika dapat melewati beringin kembar maka semua permintaan akan terwujud, tapi aku tidak percaya.
Kulangkahkan kaki selangkah demi selangkah. Tapi aneh semakin aku berjalan semakin aku menjauhi brringin kembar.
Teriakan teman-temanku sudah tidak terdengar lagi, begitu juga kebisingan kendaraan bermotor. Aku mulai meraba-raba berharap tanganku menyentuh beringin kembar.