harianmerapi.com - Belum lama Sugal dan Bogang mendengar berita, jika Babah Tiong memasang patung kuda nil di kedua sisi pintu gapura rumahnya.
Patung berukuran seperti aslinya itu dimaksud sebagai tolak bala. Agar isi rumahnya tidak disatroni pencuri. Ternyata keberadaan patung itu menciptakan sebuah cerita misteri.
Namun, hal itu tidak menjadikan ciut nyali Sugal dan Bogang, duet pencuri ‘anyaran’ yang masih amatiran belum banyak pengalaman dalam dunia per-maling-an.
Baca Juga: Berbagai Pola Perilaku Agresif Remaja, Salah Satunya Agresi Fisik Bertujuan Merugikan Seseorang
Malam itu rumah Babah Tiong menjadi sasaran operasi mereka berdua. Malam yang remang-remang menghantar keduanya menuju obyek sasaran.
Sugal berjalan di muka. Begitu sampai di depan gapura rumah Babah Tiong, langkahnya terhenti. “Lho Gang...itu kuda nilnya kok mbekos-mbekos. Matanya seperti bersinar, menatapku,” ujar Sugal trataban.
“Ah, kamu Gal. Maling kok takut sama kuda nil. Anakku saja nggak takut," ucap Bogang, gantian maju ke muka. “Hah?!”, teriak Bogang.
Langkah Bogang terhenti. Dia melihat, patung kuda nil yang di sisi pintu gapura sebelah kanan, mulutnya menganga lebar sekali.
Tampak gigi-geliginya yang runcing seperti akan ngremus-ngremus tubuhnya. Spontan kepalanya menoleh ke belakang.
Ternyata, Sugal, teman setianya telah lari tunggang-langgang meninggalkan dirinya. “Semprul tenan kamu, Gal!”, gerutu Bogang.
Tidak menunggu diperintah, Bogang pun akan mengambil langkah seribu, menyusul Sugal. Namun sial, kaki Bogang terantuk batu sebesar dua kepal tangan orang dewasa.
Tlebuk! Tubuh Bogang yang gempal itu jatuh tengkurap. Aneh. Bogang merasakan seperti ada kaki yang sangat kuat menginjak punggungnya.
Baca Juga: Cerita Hidayah Berkah Orang Pandai Mensyukuri Nikmat Akhirnya Mampu Melaksanakan Impiannya Naik Haji
Berkali- kali mencoba bangkit, namun tidak berhasil. Bahkan kaki yang menginjak punggungnya itu terasa semakin berat.