harianmerapi.com - Mendaki Lereng Merapi tak jarang suka mendpatkan pengalaman mistis. Seperti adanya penjual mie ayam misterius saat tengah malam.
Kala itu Endri yang masih duduk di bangku SMA bersama tujuh temannya mendaki Gunung Merapi lewat jalur Selo.
Darah muda yang membara mengobarkan jiwa mereka untuk mencapai Puncak Garuda. Sore sebelum matahari tenggelam mereka sudah sampai di puncak.
Baca Juga: Beberapa Kelebihan Umat Islam dalam Menjaga Keserasian dan Keseimbangan Hidup
Tak terasa sebentar kemudian hari mulai gelap, kabut dan gerimis mulai menyelimuti tempat mereka berpijak.
Mereka segera bergegas untuk turun. Karena tidak berhati-hati, Riko terpeleset jatuh hingga kakinya keseleo.
Mereka memutuskan beristirahat sebentar. Padahal perbekalan sudah menipis karena tidak ada rencana menginap.
Karena kelelahan mereka tertidur hingga tengah malam. Gerimis turun malam itu. Melihat Riko yang menahan kesakitan mereka memutuskan untuk turun gunung saat itu juga.
Baca Juga: Cerita Hidayah Berkah Orang Pandai Mensyukuri Nikmat Akhirnya Mampu Melaksanakan Impiannya Naik Haji
Kabut, dingin dan gerimis mereka terjang sambil bergantian menandu Riko. Tak ada pendaki lain disitu. Sementara perut mereka kosong dan serangan dingin yang menembus kulit hingga ke tulang.
Saat tenaga mereka hampir habis. Tok.. tok.. tok. Tiba-tiba terdengar suara seperti kentongan. Dari kejauhan terlihat cahaya redup semakin mendekati mereka.
Perlahan terlihat pria paruh baya mendorong gerobak mie ayam. Padahal posisi mereka saat ini sedang berada di tengah hutan.
Tanpa pikir panjang mereka segera memesan mie ayam.
"Rasane anyep yo Bro." kata Toni.
Baca Juga: Dua Santri Tenggelam di Sungai Elo, Satu Orang Ditemukan Meninggal dan Satunya Masih dalam Pencarian
"Wes Bismillah wae, sing penting awak dewe ora mati kelaparan," jawab Endri.