Baca Juga: Menutup Mata dengan Penyesalan 14: Tak Ada Keinginan Bertahan Hidup
Tiba-tiba dalam hitungan detik berhenti.
"Apa sudah keluar ya setannya?" tanyaku dalam hati.
Aku berusaha menenangkan, dan memberanikan diri untuk memastikan, apakah kakak sudah normal kembali. Di saat aku sedang mencoba untuk menenangkan diri, aku merasa dia sedang memperhatikanku. Aku memutuskan untuk melihat keadaannya.
Aku hentakan kepalaku dengan cepat, dalam hitungan detik langsung terlihat jelas wajahnya. Di hadapanku saat ini, terlihat wajah seorang wanita dengan senyum yang sangat mengerikan.
Baca Juga: Bercerita Tentang Gadis dengan Impian Besar, Film YUNI Tayang Terbatas di Jogja
Untuk orang yang saya kenal dan dekat ini terasa begitu mengerikan. Dia sedang tersenyum lebar dan hanya gigi bagian atasnya yang terlihat. Ternyata dugaanku benar, dia sedang memperhatikanku sambil tersenyum mengerikan seperti itu. Dia terus memperhatikan saya dengan tatapan mata yang sangat kosong.
Mau lari gak bisa, mau teriak juga suara gak bisa keluar. Aku cuma bisa nangis doang saat itu. Melihat diriku sedang menangis, setan itu bukannya keluar, malah dengan santainya mengelus kepalaku. Bukannya tenang, malah bikin tangisanku bertambah kencang.
Ekspresi wajah mengerikannya tidak berubah sama sekali. Beruntung Orangtua saya mendengar, lalu dengan tergesa-gesa menghampiri kami berdua. Terjebak dalam kondisi itu, lima menit berasa satu jam, suer.
Baca Juga: Daging Kambing Bergizi Asal Tak Dikonsumsi Berlebihan
Bapak menggendong aku ke kamar, dan Ibu langsung menyuruh Kakak tertua di keluarga untuk memanggil orang yang katanya pintar.
Singkat cerita, setannya berhasil dikeluarkan, dan paranormal itu mencoba berkomunikasi dengan setannya. Orangtua saya diberitahu sama Paranormalnya bahwa, setan yang merasuki tubuh Kakak, sayang sama diriku.
Denger itu bukannya seneng, malah takut buat keluar kamar. Masa iya disayang makhluk begituan. Emang dia disana gak punya anak ya? Gara-gara denger omongan itu, aku jadi gak percaya Paranormal sampai sekarang. Habis, anak kecil ditakut-takutin kayak gitu. Huuhh. (Seperti dikisahkan Aji Sadjiwo di Koran Merapi) *