Sasi Sura wulan kang sawiji
Wijining kang bakal hatumeka
Prayitna lair batine
Mula patraping kono
Budi padhang kang hanelahi
Panjangka kang sampurna
Miwah lakunipun
Mateka suraning driya
Titi tlesih nastiti sabarang kalir
Eling duga prayoga
ITULAH geguritan “Sasi Sura” karya (almarhum) Prof. Dr. RM Wisnoe Wardhana, sesepuh Kawruh Kejawen “Urip Sejati”, yang dibaca dalam mengawali acara ritual tradisional menyongsong Tahun Baru Jawa Sultan Agungan 1955 Alip Windu Sancaya, pada hari Selasa Pon tanggal 10 Agustus 2021 Masehi.
Menurut perhitungan Tahun Jawa Aboge sebagai tahun berdasarkan perputaran rembulan, tanggal 1 Sura 1955 Alip diawali pada pukul 18.00 WIB. Ritual tahunan ini diselenggarakan warga Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa “Pahoman Sejati” (semula bernama “Urip Sejati”) dusun Wonogiri Kidul desa Kapuhan Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang.
Baca Juga: Degan Bakar untuk Penyembuhan Gatal-gatal di Kulit
Untuk tahun ini tema ritual adalah ‘Pisungsung Gunung, Pageblug Rampung’, sebuah doa dan harapan agar wabah pandemi Covid-19 segera berakhir. Acara ritual tradisional ini difasilitasi oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Magelang.
Ritual tahunan ini dipimpin sesepuh warga ‘Pahoman Sejati’, Ki Reksajiwa, 69 tahun. Jumlah warga Penghayat Kepercayaan ‘Pahoman Sejati’ di dusun ini kini ada 20 kepala keluarga dengan bermata pencaharian utama sebagai petani dan pekerja seni. Ritual tradisional di tengah keadaan pandemi Covid-19 dalam pelaksanaannya tidak lepas dari protokol kesehatan.
Dalam pelaksanaan ritual taun ini para peserta memakai kalung janur kuning dan bungkusan empon-empon ‘dlingo bengle’ yang bermakna sebagai ‘tulak-balak’. Sebelum mengikuti ritual para peserta wajib mencuci tangan dengan air dlingo-bengle dengan rendaman daun dhadhap srep dan pandhan wangi. Air ini merupakan antiseptik herbal dan alami untuk membersihkan kotoran yang mengandung penyakit.
Baca Juga: Lima Sifat-sifat Lemah yang Jadi Bawaan Manusia
Geguritan dengan tembang Dandanggula “Weda Purwaka”, menurut Ki Reksajiwa, bermakna agar hidup dengan berhati-hati lahir batin. Dalam menapaki kehidupan pada tahun baru ini dengan sikap budi yang terang dan harapan yang sempurna, agar hidup bisa dijalani dengan teliti dan hati-hati dan ingat pada hal-hal yang baik. (Ditulis: Amat Sukandar)