SALAH satu buto raksasa bermata merah menyala berkata dengan garang pada Syekh Maulana Bakir: “Hoey, manusia! Berani-beraninya kau masuk Alas Mentaok ini. Kau sudah masuk daerah kami tanpa permisi! Pergi Kau!”
“Alas ini bukan milikmu!” kata Syekh Maulana Bakir.
“Aku tidak bermaksud mengusik tempat tinggal kalian. Namun dalam agamaku manusia dan mahluk halus haruslah hidup berdampingan tanpa saling menyakiti. Aku dengar banyak anak buahmu yang sudah berbuat jahat pada manusia yang mencoba tinggal disini,” lanjut Syekh Maulana Bakir tanpa sedikitpun rasa takut.
Merasa dirinya sakti dan tak terkalahkan si Buto pun menantang Syekh Maulana Bakir untuk bertarung secara ksatria. Siapa yang kalah harus meninggalkan wilayah ini.
Baca Juga: Daging Kelinci Dukung Stamina dan Netralkan Tekanan Darah
“Ayo kita bertarung secara ksatria untuk memperebutkan wilayah ini,” kata Buto yang raksasa itu penuh percaya diri.
Tanpa pikir panjang Syekh Maulana Bakir menyetujui tantangan Buto. Adu kekuatan pun tak terelakkan. Dengan Kitab Adam Maknoh, Syekh Maulana Bakir berhasil menumpas Buto dan seluruh anak buahnya.
Menjelang kematiannya, Buto meminta kepada Syekh Maulana Bakir agar seluruh kesaktiannya dipindah ke tubuh Syekh Maulana Bakir. Syekh Maulana Bakir pun menyetujuinya. Setelah pertempuran selesai, Syekh Maulana Bakir tak hanya mendapatkan Alas Mentaok tetapi juga kesaktian Buto dan seluruh anak buah Buto ijo.
Baca Juga: Arwah Gentayangan Jadi Tumbal Siluman Kuda
Setelah pertempuran itu, Syekh Maulana Bakir pergi melanjutkan perjalanannya. Sementara Tumenggolo diberi tugas untuk menjaga tempat itu. Syekh Maulana Bakir memerintahkan Tumenggolo untuk membangun padepokan di utara telaga yang tak jauh dari gubuk mereka saat ini.
Karena Syekh Maulana Bakir tahu di telaga itu terdapat banyak ikan seperti lele, wader, udang dan kepiting yang bisa menjadi sumber kehidupan.
Karena dekat dengan sumber air yang menjadi sumber utama untuk hidup. Banyak orang yang ikut mendirikan rumah di sekitar telaga. Tumenggolo mengajak warga untuk bertani dan bercocok tanam.
Baca Juga: Perjalanan Hidup Seniman Ludruk Cak Kartolo, dari Gagal Masuk PNS hingga Jual Rumah
Lama-kelamaan Alas Mentaok yang dulunya angker dan dipenuhi dengan pohon besar. Kini menjadi pedesaan yang asri, subur dan tentram. (Ditulis: Indri Astuti)