Perjuangan hidup yang dilalui Barna jauh dari keluarga memang penuh liku-liku. Ia mencoba peruntungan dari nol, sebagai pekerja kasar di lapangan. Tapi karena kerja keras dan didukung otaknya yang encer, maka pelan-pelan karirnya meningkat semakin ke atas.
Tak sampai sepuluh tahun, Barna pun sudah menjadi apa yang ia inginkan. Ia punya usaha sendiri dan memiliki karyawan hingga puluhan orang. Apapun sekarang ia punya, termasuk istri yang cantik beserta seorang anak mungil. Semua yang bersifat materi bisa ia miliki, kecuali waktu yang selalu tak ia dipunya untuk urusan keluarga dan urusan lain di luar pekerjaan.
Baca Juga: JOOX Umumkan Anneth Delliecia Terpilih Artist of the Month Bulan Agustus
Jangankan dengan orang tua dan adiknya yang berada jauh di tempat lain, dengan istri dan anaknya yang serumah pun Barna jarang berkomunikasi. Waktunya habis tersita oleh urusan pekerjaan.
"Papah lupa ya hari ini ulang tahun anak kita, bisa pulang awal tidak, Pah?" tanya istri Barna dari ujung telpon di suatu sore.
"Waduh, iya Mah, saya lupa. Tapi bagaimana ya, urusan di kantor tidak bisa ditinggalkan," jawab Barna.
Jika sudah seperti ini, istri Barna hanya bisa menangis dalam hatinya. Ia sebenarnya sudah paham betul dengan sifat suaminya, tapi sulit rasanya untuk menerima perlakuakn seperti itu terus menerus. Upaya untuk mengingatkan sudah dilakukan, tapi sifat keras kepala Barna tidak pernah berubah.
Begitu pula dengan urusan ibadah, Barna nyaris tak pernah ingat akan Salat dan doa. Ia menganggap kesuksesannya selama ini berkat kerja kerasnya semata, jadi tak perlu memohon lewat doa-doa segala.
"Suatu ketika Nabi SAW dan para sahabat melihat ada seorang laki-laki yang sangat rajin dan ulet dalam bekerja, seorang sahabat berkomentar: "Wahai Rasulullah, andai saja keuletannya itu dipergunakannya di jalan Allah.” Rasulullah saw menjawab: "Apabila dia keluar mencari rezeki karena anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena dirinya sendiri supaya terjaga harga dirinya, maka dia di jalan Allah. Apabila dia keluar mencari rezeki karena riya’ dan kesombongan, maka dia di jalan setan." (Al-Mundziri, At-Targhîb wa At-Tarhîb).
***
SIBUK dengan usahanya untuk mengejar keuntungan dan keuntungan, membuat Barna lupa bahwa waktu terus berlalu. Tak terasa dirinya sudah semakin tua dan anak-anaknya sudah menginjak dewasa. Badannya pun mulai merasa sakit-sakitan, sementara ambisinya untuk mereguk harta sebanyak-banyaknya belum juga padam.
Baca Juga: Terlalu, Perampok di Sleman Jerat Korban Pakai Foto Istri
Sampai akhirnya fisik benar-benar tak bisa diajak kompromi, sehingga dirinya harus tergolek di rumah sakit untuk menjalani pengobatan intensif. Di saat tubuh tidak berdaya itulah, Barna baru berpikir soal semua yang sudah dilakukannya selama ini.
Ingatannya melayang kembali ke masa kecilnya, saat sang ibu yang sudah lama dilupakan dengan sabar meladeni semua kemauan dirinya. Sekarang baru dirasakan kasih sayang itu.
Terbayang kembali ketika dirinya marah-marah karena cemburu pada adiknya Wirya, yang dibelikan mainan, tapi dengan bijak sang ibu mencoba menjadi penengah yang baik.
Baru terasa sekarang, bahwa perlakuan dirinya terhadap ibu, ayah dan adiknya selama ini sudah sangat buruk. Apalagi sejak meninggalkan kampung halaman beberapa tahun silam, dirinya nyaris tak pernah berkomunikasi dengan keluarganya.
Sehingga sampai sekarang Barna tidak tahu, bagaimana nasib kedua orangtuanya serta adiknya. Tak terasa air mata meleleh membahasi pipi Barna.