HARIAN MERAPI - Gunung Lawu kembali menjadi perhatian menyusul hilangnya pendaki dari Kediri, Jawa Timur. Konon, pendaki yang hilang di Gunung Lawu itu hendak melakukan ritual.
Gunung Lawu di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur memang sejak lama menjadi tempat ritual sakral.
Ritual sakral di Gunung Lawu tidak hanya untuk mencari ilmu kesaktian, tapi juga ada kalanya untuk ritual keagamaan umat Hindu.
Baca Juga: Inilah lokasi kuliner bernuansa alam dengan bangunan tempo dulu, jadi incaran untuk pesta pernikahan
Sejak lama pula masyarakat luas mengakui Gunung Lawu itu keramat. Tidak kecuali, para mahasiswa pecinta alam yang hobi mendaki gunung mengaku hal tersebut.
Bagi yang tidak percaya, sok modern atau rasional, bila meremehkan Gunung Lawu bisa mendapat celaka.
Mantan pendaki yang pernah naik hingga ke puncak Gunung Lawu, Catur Widodo mengatakan hal tersebut.
Dia yang pernah tergabung dalam Mapala UNS Solo mengingatkan kalau mau mendaki ke Gunung Lawu harus tahu ada aturan tidak tertulis.
Baca Juga: Perbaikan longsor jalan Wonosari Bukit Bintang, Bupati rekomendasikan dibangun tebing
Menurutnya, mendaki gunung apa saja tidak hanya perlu kesiapan fisik. Tapi, juga perlu pengetahuan mitos atau fakta mistis dari gunung yang akan didatangi.
Dia mengatakan dunia gaib itu ada, apalagi di Gunung Lawu. Untuk itu, persiapan yang tidak kalah penting dalam pendakian Gunung Lawu adalah pengetahuan tentang aturan tidak tertulis atau wewaler.
“Kencing saja kita tidak boleh sembarangan”, kata Catur, yang kini sudah tak lagi bisa mendaki karena tubuhnya terlampau gendut.
Dia menjelaskan, ada dua jalur pendakian di Gunung Lawu itu. Pertama, Jalur Cemoro Sewu, dan kedua Jalur Cemoro Kandang. Kedua jalur ini akan bertemu di Puncak Argo Dhalem.
Baca Juga: Setubuhi bocah SD, seorang pemuda di Jatimulyo diamankan polisi
Tapi sebelum sampai ke puncak, dalam perjalanannya pendaki akan menemui kawasan datar yang sering digunakan istirahat.
Kawasan itu diberi nama TA, singkatan dari Tanpa Nama. Sebab, tempat yang sudah digunakan itu selalu tidak bisa ditemukan lagi meski diberi tanda.
Sementara itu lima posko di Gunung Lawu yang ada juga dikenal wingit atau angker. Dan, semakin ke atas keangkerannya makin mencekam.*