HARIAN MERAPI - Sekaten memperingati Maulid Nabi di Keraton Jogja memiliki sejarah panjang.
Sejarah Sekaten memperingati Maulid Nabi di Keraton Jogja ini bahkan bermula dari upacara srada zaman Hindu Kuno.
Upacara srada ini di kemudian hari menjadi Sekaten untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.
Bagaimana kisahnya sehingga upacara srada itu bisa menjadi Sekaten?
Buku sejarah Sekaten yang disusun oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Tahun 1991-1992 mengisahkannya demikian.
Nun di zaman dahulu para raja Hindu mempunyai adat ritual sesaji atau selamatan untuk arwah leluhur yang disebut srada.
Selametan untuk arwah leluhur itu diadakan dalam dua tahapan. Pertama, tahap aswamedha dan tahap kedua asmaradana.
Tahap aswamedha itu berlangsung enam hari dengan acara doa-doa dan tembang pujian disertai tetabuhan. Tahapan ini untuk memuja arwah dan memohon berkat dan perlindungan.
Sementara itu tahap asmaradana merupakan tahapan penutup dan berlangsung selama tujuh hari.
Pada tahap asmaradana ini dilakukan pembakaran dupa besar disertai mengheningkan cipta.
Waktu itu upacara srada diadakan di candi-candi tempat menyimpan abu arwah leluhur.
Kemudian di zaman Prabu Hayam Wuruk Majapahit, upacara srada itu diadakan di tengah kota.
Upacara srada di zaman Majapahit ini dilakukan selama tujuh hari. Selama itu pula para raja bawahan mempersembahkan acara keramaian.