harianmerapi.com - Cerita Babad Tanah Jawi, Ki Juru Taman. Pangeran Silarong kemudian mengambil darah dalam takir sedikit dan dicampurnya dengan minyak kelapa,
"Campuran sakti yang mematikan dan beracun ini aku beri nama Upas Anglung," katanya bergumam.
Siang harinya ada seorang Prajurit datang kepada Pangeran Silarong, namanya Ki Sutani.
"Kanjeng Pangeran Silarong, sowanku kemari minta kesediaan Pangeran untuk membantu keinginanku," kata Ki Sutani mengemukakan maksudnya.
"Apa yang menjadi keinginanmu itu? Jika aku bisa bakalan aku bantu."
"Aku punya musuh yang aku benci, tetanggaku sendiri. Namanya Noyo Benyek, dia membunuh anak putriku lantaran tidak mau dikawini."
"Ini kuberi Upas Anglung. Jangan sampai ketahuan siapa-siapa, upas anglung ini kamu cemplungkan ke sumur milik tetanggamu itu."
"Nantikan, tiga hari kemudian kamu akan melihat akibatnya," kata Pangeran Silarong sambil memberikan Upas Anglung yang diwadahi bumbung kecil.
"Matur sembah nuwun, Kanjeng Pangeran Silarong."
"Ho.oh."
Betul. Tiga hari berikutnya Ki Noyo Benyek meninggal dunia karena meminum air sumur di rumahnya yang telah tercampur Upas Anglung.
Tetangga kanan kiri padha ubyur saling membicarakan apa sebenarnya penyebab kematian Ki Noyp Benyek itu?
Pangeran Silarong terdiam sejenak, dia berpikir-pikir tentang kasiat upas anglungnya yang sangat ampuh itu.
Maklumlah bahwa upas itu berasal dari darah setan, Ki Juru Taman.