harianmerapi.com - Ken Tambangraras dan Sebuah Cinta yang Hilang. Setiba di halaman rumah yang dituju, Ki Budiman dan Ki Sumbagi melihat banyak orang mondar-mandir dan berlalu lalang ke sana ke mari.
Halaman rumah besar itu nampak tak terurus dengan rapi. Ki Budiman dan Ki Sumbagi ditemui oleh seorang santri,
Dia berbasa basi sebentar sebagaimana layaknya seseorang yang kedatangan tamu yang belum dikenalnya.
Akhirnya kedua utusan itupun diantarkan menghadap Kyai Bayan Panuarto dan menyatakan maksud kedatangannya.
"Begini, Kyai Bayan. Kami berdua diutus Adipati Menak Pesagi untuk bersilaturahmi dan mengantarkan buah tangan yang kini masih berada di halaman."
"Selain itu, Kyai. Kami juga diutus untuk menyampaikan maksud Kanjeng Adipati yang pengin sekali menjalin paseduluran dengan Keluarga Wanamerta sini,"
"Karena Denmas Sawojajar putranya menginginkan agar direstui untuk berkeluarga dengan Ken Tambangraras."
Kyai Bayan Panuarto mengangguk-angguk, memahami bahwa utusan itu ingin menhyampaikan lamaran untuk putrinya, Ken Tambangraras.
Karena itu, ia berpikir harus bisa menolak lamaran itu secara halus. "Oooooo, begitu? Ya ya ya ya,"
"Buah tangan dari Ki Adipati Menak Pesagi yang seabrek banyaknya itu sebagai tanda penyambung tali silaturahim aku terima, haturkan kepada Kanjeng Adipati aku mengucapkan terima kasih."
"Tapi harap dipahami saat ini anak perempuanku masih dalam suasana berkabung karena ditinggal suaminya maka tolong dimaklumi, dipahami, dan dimohon bersabar!" jawab Kyai Bayan Panuarto memberi penjelasan.
"Ya ya ya, Kyai. Akan aku sampaikan kepada Kanjeng Adipati Menak Pesagi," jawab Ki Sumbagi lalu berpamitan segera meninggalkan rumah itu.
Dalam perjalanan pulang kedua utusan Kanjeng Adipati Menak Pesagi itu melewati daerah Prambanan.