Dari kejauhan nampak pating jenggunuk candi-candi nan elok dan indah, megah, serta mengagumkan siapapun yang memandangnya.
Inilah warisan peninggalan Raja Rakai Pikatan yang tak ternilai harganya sampai ke akhir zaman nanti.
"He, bagaimana hasilnya, Ki Sumbagi dan Ki Budiman?" tanya Kudasrenggara ketika berjumpa dengan kedua utusan tadi di Prambanan.
Ki Budiman lalu menceritakan sowannya kepada Kyai Bayan Panuarto dari awal sampai akhir tidak satupun ada kata-kata yang terlewatkan, semuanya lengkap dan runtut.
"Huh, kurang ajar!" Kudasrenggara marah, dia nampak menggeretakkan giginya, tangannya mengepal meninju-ninju pangkal pahanya sendiri.
Dia berniat akan merusak Wanamerta tetapi dicegah oleh adiknya, "Jangan, Kangmas! Kita kembali ke Panataran dan berbicara baik-baik dengan anggota keluarga yang lain!"
"Tetapi ini sangat merendahkan martabat Rama Adipati, Dimas!"
"Apapun itu namanya. Tapi tindakan kita harus dipertimbangkan dahulu, dirembuk dengan anggota keluarga yang lain!" jawab Sawojajar menyabarkan kakaknya agar tidak emosi. (Ditulis: Akhiyadi) *