Pada masa pemerintahan Sultan Agung (1613-1646) kehidupan rakyat dan pemerintahan semuanya sudah diatur berdasarkan hukum.
Pamannya Kanjeng Panembahan Purbaya merupakan hulubalang raja yang sakti mandraguna dan sangat disiplin menegakkan hukum di lingkungan Kerajaan Mataram.
Prajurit-prajuritnya yang terampil trengginas dan mumpuni di dalam setiap pertempuran sangat ditakuti lawan.
Kanjeng Panembahan Purbaya rajin menempa diri dan gladen perang-perangan bersama para prajurit agar selalu siap sedia menghadapi setiap tantangan yang muncul ingin merongrong kewibawaan Mataram.
Sedangkan Kanjeng Sultan sediri lebih suka bertapa serta menyucikan diri kepingin meniru satriya idolanya di dunia pewayangan
yakni Raden Arjuna satriya dari Madukara yang kuat jasmani, rohani, digdaya, dan peng-pengan pula kemampuan spiritualnya.
Dengan dilandasi kekuatan spiritualnya inilah maka Kanjeng Sultan setiap habis sholat Subuh beliau berolahraga sambil menghibur diri ke Gunung Lawu.
Dari puncak Gunung Lawu melompat ke puncak Gunung Merapi dan dari sini kembali lagi ke puncak Gunung Lawu, lalu ke puncak Gunung Mahameru di Malang,
kembali ke puncak Gunung Lawu lagi dan baru pulang ke Kraton menemui siapa saja yang mau menghadap kepada beliau untuk berbagai kepentingan seperti hari-hari biasa.
Nah, kebiasaan berolahraga ke gunung-gunung itu dilakukan Kanjeng Sultan setiap pagi. Bahkan kalau beliau bepergian sendirian sering sampai ke Aceh, Makasar, Siam, Thailand, Ternate, bahkan sampai ke negara Turki. (Ditulis: Akhiyadi) *