harianmerapi.com - Sebuah rumah pohon itu terlihat menarik wisatawan. Selain panorama, wisatawan juga bisa mendapatkan pengalaman mistis, karena ternyata ada penunggunya berwujud perempuan berwajah pucat.
Sejak pertama kali menginjakkan kaki ke pulau itu, Dhita langsung jatuh hati. Pulau ini seperti pulau impiannya.
Bukan hanya pada luasnya pasir putih yang membentang, atau pun ombaknya yang begitu tenang. Tapi juga pada keadaan sekitar yang jauh dari hiruk pikuk.
Baca Juga: Resep Tahu Kres, Teman Ngemil yang Nikmat Saat Hujan
Pulau itu berpenghuni, tapi jarak antar rumahnya tidak terlalu padat, bahkan masih terdapat banyak kebun dan tanah kosong, sehingga suasananya betul-betul tenang.
Saat sore hari, pemandu mengajak Dhita dan teman-temannya untuk mengelilingi pulau menggunakan perahu. Di bibir pantai nampak beberapa homestay berdiri.
Setelah kapal berlalu, Dhita melihat ada sebuah rumah pohon yang berada persis di tepi laut. Dhita memandang ke belakang, rumah pohon itu tidak jauh dari penginapan mereka.
Kegiatan mereka harus berhenti ketika hari berganti malam. Aktivitas mereka berganti menjadi menikmati malam di dermaga dan berjalan-jalan di sekitar pemukiman. Beruntung saat itu sedang bulan purnama, sehingga suasana menjadi semakin menyenangkan.
Baca Juga: Pemilihan Pengurus RT Menghasilkan Satu Nama dan Kunci Hilang Saat Nonton Panjang Jimat di Cirebon
Tanpa sepengetahuan teman-temannya, Dhita justru mencari rumah pohon yang dilihatnya saat di perahu. Dia mengajak kedua temannya untuk ke sana. Dhita mencari dengan mengandalkan ingatan tentang letak rumah pohon itu.
Setelah berjalan beberapa saat, mereka berhasil menemukan rumah pohon itu. Letaknya berada di bibir pantai, agak jauh dari penginapan dan pemukiman.
Dhita melihat ada tangga yang menjulur ke pohon itu. ia dan temannya bersepakat untuk bergantian menaikinya. Setelah berhasil menaiki rumah pohon, mereka takjub dengan pemandangan yang terlihat dari sana.
Ketika sedang bersantai dan menikmati ketenangan, Dhita tiba-tiba menyadari kalau mereka tidak lagi bertiga. Mereka jadi berempat. Ada sosok perempuan yang ikut bergabung dengan Dhita dan teman-temannya.
Baca Juga: Menanam Harapan Terbaik bagi Orang Beriman di Tengah Badai Kehidupan
Perempuan itu berambut sebahu, berwajah pucat. Ia tersenyum pada Dhita sambil menganggukkan kepala. Dhita menarik napas perlahan. Perempuan itu bukan temannya!