harianmerapi.com - Momen Hari Raya Idul Fitri sudh dekat, membuat Diran teringat kembali masa-masa kecilnya saat berkumpul dengan seluruh keluarga.
Ingin rasanya silaturahmi bersama keluarga besarnya sekaligus 'ngumpulke balung pisah'.
Sekalipun keluarganya tidak harmonis, tapi khusus di hari Lebaran semua tampak berubah. Setahun sekali itulah, Diran merasakan adanya persaudaraan yang kuat di keluarganya.
Baca Juga: Doa Ibu yang Terkabulkan: Masa Kecil Jadi Korban Bully Teman-temannya di Sekolah
Suasana itu sudah lama sekali tak dirasakan Diran, sehingga ketika anak buahnya di kantor maupun rekan-trekan sejawatnya sibuk membicarakan rencana mudik untuk merayakan Lebaran bersama keluarga, hatinya tersentuh juga.
"Sebaiknya aku pulang Lebaran kali ini," kata Diran dalam hati, sekalipun ia juga tahu kedua orang tuanya telah berpisah dan kondisi keluarganya tercerai berai.
Tiga hari sebelum Hari Raya Idul Fitri, akhirnya Diran kembali menginjakkan kakinya ke kampung halaman.
Kini ia datang dengan gagah, karena membawa mobil sendiri dan kesuksesan dalam genggaman. Tapi sesuai pesan Haji Rahmat, Diran tak ingin menyombongkan dirinya.
Ia pulang tidak ingin memamerkan keberhasilannya, namun lebih dari itu adalah niat bersilaturhami dan jika mungkin ingin 'ngumpulke balung pisah', atau merukunkan dan menyatukan kembali keluarganya.
Banyak sudah perubahan terjadi di kampung halama Diran. Namun saat tiba di depan rumahnya, tak banyak perubahan yang terjadi.
Nyaris mirip sama dengan saat ia tinggalkan, bahkan di sana-sini terlihat sudah rapuh dan tidak terurus. Tidak terasa air mata menetes di pipi Diran.
Ia merasa trenyuh, karena selama ini dirinya hidup enak berkecukupan, tapi ibu dan saudara-saudaranya ternyata dalam kondisi kekurangan.
Tak sabar rasanya ia ingin segera bertemu dengan mereka semua, memeluk erat dan saling memaafkan satu dengan lainnya. (Bersambung) *