kearifan

Kraton Yogya Serahkan Pareden Gerebeg Maulud kepada Paniradya Pati Kaistimewan di Kepatihan

Rabu, 20 Oktober 2021 | 20:47 WIB
Prosesi penyerahan Gerebeg Maulud di Kepatihan, Selasa (19/10/2021) (Dok Dinas Kebudayaan DIY)

JOGJA, harianmerapi.com - Tak ada iring-iringan gajah dan prajurit dalam acara Gerebeg Maulud pada tahun ini. acara tahunan dalam rangka memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW diselenggarakan secara sederhana dengan esensi yang tidak berubah, yakni sebagai wujud syukur Raja Yogyakarta sekaligus pemberian rezeki, doa dan kemakmuran kepada masyarakat DIY.

Ubo rampe pareden hajad dalem Gerebeg Maulud tahun alit 1955 diserahkan oleh utusan kraton Kanjeng Raden Tumenggung Widyo Condro Ismoyo Ningrat kepada Paniradya Pati Kaistimewan Aris Eko Nugroho, Sp., M.Si pada Selasa Pon (19/10/2021) di Kepatihan Malioboro Yogyakarta.

Dalam acara tersebut, Kanjeng Raden Tumenggung (KRT) Widyo Condro Ismoyo Ningrat menyampaikan maksud dan tujuan pemberian pareden agar masyarakat DIY senantiasa sejahtera, makmur, aman serta guyub rukun. Dalam acara tersebut, setelah pareden berupa rengginang diterima kemudian diberikan kembali kepada asisten, kepala dinas, kepala biro dan para tamu undangan.

Baca Juga: Beras Merah Sehatkan Jantung, Plus Normalkan Tekanan Darah

Pareden hajad dalem Gerebeg Maulud yang diberikan pemerintahan DIY seperti tahun lalu yakni berupa rengginang yang dibuat dari beras ketan dan dibentuk seperti bunga sebagai simbol kerekatan hubungan silaturahmi.

Sedangkan garebeg sebagai simbol sedekah raja kepada masyarakat, di tahun ini diberikan kepada abdi dalem dan jajaran pemerintahan DIY untuk menghindari adanya kerumunan massa. Dalam upacara tersebut, Kraton Ngayogyakarta yang mengutus abdi dalem juga mendoakan kepada masyarakat agar masyarakat DIY senantiasa sejahtera, aman serta guyub rukun.

Berkaitan dengan Gerebeg Maulud, kegiatan tersebut merupakan wujud peran dan fasilitasi Dinas Kebudayaan DIY sebagai bentuk menjaga dan mengembangkan budaya Yogyakarta. Kepala Dinas Kebudayaan DIY, Dian Lakshmi Pratiwi, S.S., M.A. menjelaskan, Gerebeg Maulud adalah adat tradisi prosesi yang merupakan bagian dari kegiatan pemeliharaan dan pengembangan kebudayaan di Dinas Kebudayaan seksi lembaga budaya.

Baca Juga: Warga Jogja Tidak Boleh Lengah dan Tetap Taat Prokes Meski PPKM Turun Level 2

“Acara terkait dengan adat tradisi prosesi sudah menjadi pakemnya Kraton Yogyakarta yang menjadi bagian dari fasilitasi kami terhadap budaya adat seperti Kraton dan Pakualaman. Jadi upacara gebeg menjadi satu bagian dari kraton, dimana dalam proses pelaksanaan pemerintahan nya ada satu paringan-paringan dalam rangka hamemayu hayuning bawana, tidak hanya untuk masyarakat tetapi untuk kaprajan juga” terang Dian.

Dijelaskan Aris Eko Nugroho S.P., M.Si. selaku Paniradya Pati Kaistimewan bahwa gerebeg maulud tahun alit 1955 dilaksanakan secara sederhana. Meskipun secara simbolis menurut Aris esensi acara tersebut tidak berubah, yakni menjadi simbol kebersamaan antara kasultanan dengan kaprajan DIY, dengan harapan masyarakat lebih makmur dan DIY terhindar dari pandemi covid-19.

Lebih lanjut Aris mengungkapkan harapannya terhadap aktivitas budaya di DIY,agar di masa pandemi kegiatan budaya tetap diselenggarakan namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. *

 

Tags

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB