MALAM itu suasana terasa sangat sepi. Hujan yang turun sejak sore belum juga berhenti. Sesekali terdengar suara lolongan anjing di kejauhan.
Sauri, pelajar SMA kelas akhir itu belum beranjak dari meja belajarnya. Buku-buku pelajaran masih terserak begitu saja di meja. Ketika jam tembok sudah menunjuk angka sepuluh, Sauri belum juga rampung mengerjakan tugas sekolahnya.
Menjelang jam setengah sebelas kantuk Sauri sudah tidak tertahankan lagi. Dia pun melangkah menuju kamarnya. Ingin istirahat tidur.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 31: Suka Judi Akhirnya Jadi Gelap Mata
Lima menit rebahan di kasur busa yang digelar di lantai, Sauri terkaget-kaget. Kupingnya mendengar suara orang bersin.
Suara bersin tersebut berasal dari kamar Budhe Ngadi, Mbakyunya Bu Ngatilah, Ibunya Sauri. Sudah tiga tahun ini Budhe Ngadi tinggal bersama Bu Ngatilah.
Yang membuat kaget Sauri bukan semata-mata suara bersin tersebut. Namun irama bersin itu. Dia sangat hafal, itu adalah suara bersin Budhe Ngadi. Keras, meninggi, dan panjang.
Baca Juga: Saparan Merti Dusun Krandegan 5: Kesenian Rakyat Sandul Sunti Masih Lestari
Lho padahal...Budhe Ngadi sudah seminggu ini dipanggil Tuhan. Lalu, siapa yang bersin di kamar Budhe Ngadi itu yang sampai hari itu masih dibiarkan kosong?
Tak urung hal itu membuat Sauri sulit memejamkan matanya. Betapa tidak? Suara bersin itu tidak hanya terdengar satu atau dua kali saja. Namun terdengar terus menerus di sepanjang malam.
Meski masih tergolong anak muda, namun Sauri mempunyai intuisi yang tajam. Pagi harinya tanpa sepengetahuan Bapak dan Ibunya Sauri menengok makam Budhe Ngadi yang notabene tidak jauh dari rumahnya.
Baca Juga: Gantungkan Cita-cita Setinggi Langit 3: Kesuksesan Anak, Kebanggaan Orangtua
Sampai di makam Budhe Ngadi, Sauri kaget. Terlihat dengan jelas, makam yang masih berupa gundukan tanah itu di bagian atas atau bagian kepala ada lubang.
Lubang menganga berdiameter empatpuluh sentimeter. Tentu saja ketika hujan, air masuk ke dalam lubang kubur.
Apakah suara bersin semalam ada hubungannya dengan makam Budhenya yang amblong? Sauri tidak tahu persis. Dia pun bersegera melapor kepada Jurukunci makam, agar segera membenahinya. - Semua nama samaran. (Seperti dikisahkan FX Subroto di Koran Merapi) *