SESAJI ditempatkan di sebuah ruang di dekat dapur rumah kepala dusun, yang menjadi ajang acara Saparan.
Sesaji juga diletakkan di petilasan (pasarean) sesepuh dusun Eyang Dipodrono yang cungkupnya terletak di sebelah timur dusun. Sesaji juga diletakkan perbatasan dusun dan petilasan ‘Tledhek Buntung’ di dekat masjid.
Sore hari sampai malam dan pagi hari berikutnya digelar acara khusus kesenian tradisional Tayuban. Tahun ini warga dusun Kradegan mengundang kelompok kerawitan tayub dari Wonosobo.
Baca Juga: Misteri Pentas Ketoprak di Hutan Randublatung 1: Tidak Ada Satu pun Mobil yang Melintas
Sedangkan para penari tayub (tledhek) ada tiga orang, dua orang dari daerah Wonosobo dan seorang dari daerah Yogyakarta. Dalam acara tayuban ini warga dusun, tua muda bersukaria ikut nayub dan nyawer.
Dalam suasana wabah Covid-19, Saparan tahun ini tidak mengundang tamu dari luar dusun.
Saweran berupa pemberian sejumlah uang untuk para penari tayub atau tledhek yang menari tayub dengan jumlah uang seikhlasnya. Namun bagi warga dusun Krandegan ada semacam kewajiban untuk ‘nyawer’.
Baca Juga: Mensyukuri Nikmat 20: Istri Pertama Pilih Mengalah
Saweran ini merupakan partisipasi warga untuk biaya pagelaran Tayuban dalam acara Saparan Merti Dusun ini. Karena hanya dari uang ‘saweran’ itulah penghasilan para seniman kelompok tayuban ini.
Pihak panitia Saparan dusun tidak memberikan honorarium kepada kelompok tayub kecuali hanya uang dari hasil ‘saweran’ itu.
Di samping memberikan ‘saweran,’ ada beberapa warga dusun yang memberi uang kepada penari tayub untuk membayar nadar. Setelah membayar nadar, warga dusun ada yang minta tembang atau gending kepada penari tayub.
Baca Juga: Keseimbangan Dunia Akhirat, Menyelamatkan Diri Dari Penyakit
Bagi warga dusun di sini, membayar nadar dengan cara seperti itu menyebutnya, “nyawanggati’. Nyawanggati artinya mengirim tembang atau gending untuk Ki Sawanggati, sesepuh dusun dan tokoh seniman yang makamnya berada di daerah Wonosobo.
Sore itu, meskipun udara di dusun ini mulai berkabut, banyak warga dusun yang berdatangan untuk menonton tayuban ini. Suasana dusun Kradegan hari itu tampak meriah dengan banyaknya pedagang aneka jenis makanan, minuman dan barang-barang kelontong dan tempat bermain anak-anak. (Ditulis: Amat Sukandar)