Namun Wakil Kasie Tebang Angkut PG Madukismo, Suwondo, mengatakan target produksi tebu tahun ini meningkat menjadi 430.000 ton.
Hasil produksi tebu itu berasal dari perkebunan di wilayah DI Yogyakarta dan Jawa Tengah, seperti Klaten, Sragen, dan Magelang.
Sementara itu, H Supandowo sebagai penghulu akhad nikah, mengatakan upacara adat tebu pengantin merupakan tradisi tahunan sejak zaman nenek moyang.
"Tujuannya sebagai simbol doa agar diberi kelancaran, kemakmuran atau kesuksesan selama dalam proses musim giling," kata H Supandowo, sesaat sebelum akad nikah.
Supandowo juga menjelaskan, bahwa tebu yang digunakan sebagai pengantin tiap tahun berasal dari daerah yang berbeda.
Demikian pula dengan nama sepasang pengantin tebu yang juga berbeda setiap tahunnya.
Menurutnya, tahun ini sepasang tebu pengantin bernama Kiai Radhitya dan Nyai Manis.
Keduanya berasal dari perkebunan tebu di Magelang.
Usai menjalani prosesi akad nikah, sepasang Tebu Pengantin kembali diarak menuju Stasiun Penggilingan Tebu PG Madukismo.
Setibanya di tempat tersebut, sejumlah prosesi doa digelar, dan menjadi tanda berakhirnya Upacara Adat Kirab Tebu Pengantin di PG Madukismo Bantul. *