HARIAN MERAPI - Bagian kedua dari cerita misteri Pantai Widodaren, saat dipamiti ibu memberi pesan pada kami agar hati-hati dan baca doa.
Bukhori mengaku sangat senang karena banyak kado yang ia terima. Katanya, kado kali ini lebih banyak dari tahun kemarin. Aku yang mendengarnya juga ikut senang.
“Bagaimana perasaanmu Buk?” tanyaku membuka percakapan.
“Lebih senang dari hari kemairn pastinya.” Jawab Bukhori senang.
“Sudah sepantasnya dia senang Nu. Bukhori dapat hadiah bejibun pastinya dia kalap mata.”
Gurau Teguh teman masa kecilku dan bukhori.
“Mana ada aku kalap mata. Aku bersyukur dan memuji Tuhan ketika aku menerima kado dari
kalian dan yang lain.” Bukhori mencoba membela dirinya dari serangan Teguh.
Setelah ramah tamah akhirnya agenda inti yaitu potong roti . bukhori momotong roti dan
membagikannya ke pada temen- temannya lalu menyantapnya secara bersama.
Baca Juga: Cerita misteri kuntilanak membantu masak jenang tumpang
Bukhor pun bertanya kepadaku dan Teguh.” Kapan kita bisa pergi ke pantai?”
Jawab Teguh “mungkin minggu depan bisa soalnya mumpung hari minggu.” Aku pun setuju dengan pendapat Teguh.
Minggu depan telah tiba saatnya aku bersama Bukhori dan Teguh bersiap – siap untuk pergi ke pantai. Pantai yang inging kita tuju yaitu pantai Widodaren yang ada di Gunung Kidul.
Sebelum berangkat aku puntak lupa untuk pamit kepada orang tuaku.”ibu saya izin mau pergi ke pantai?”
Baca Juga: Cerita misteri kena prank penghuni pohon beringin
Jawab si ibu “wah, pergi ke pantai, sama siapa kamu pergi ke pantai?”. Aku pun menjawab “Saya pergi ke pantai bersama Bukhori dan Teguh, ibu.”