HARIAN MERAPI - Mengenang 1.200 tahun Candi Borobudur, Raffles dianggap sebagai orang pertama yang menemukan.
Arkeolog Louis Charles Damais sempat menolak kesimpulan JG de Casparis. Ada diskusi mengenai prasasti Kayumwungan namun kemudian tidak muncul lagi.
Namun pada tahun 2021 terbit buku berjudul ‘Borobudur Biara Himpunan Kebajikan Sugata’ yang ditulis ahli Buddha dan ahli bahasa Sansekerta Dr Hudaya Kandahjaya yang tinggal di San Fransisco, Amerika.
Baca Juga: 1.200 tahun Candi Borobudur, kebanggaan bangsa Indonesia yang menjadi Warisan Dunia
Dalam buku itu Hudaya menerjemahkan dan menafsirkan secara baru isi Prasasti Kayumwungan. Hasil terjemahan dan tafsirannya mengukuhkan pendapat de Casparis bahwa Prasasti Kayumwungan memang berkaitan dengan Candi Borobudur.
Dalam bait-bait Prasasti Kayumwungan menurut Hudaya terhimpun informasi adanya pendirian sebuah candi yang mengumpulkan segenap kebajikan Buddha atau himpunan Dharma.
Sebuah biara yang menghimpun ajaran kebenaran tertinggi yang diajarkan Buddha kepada orang kebanyakan. Biara itu tak lain adalah Candi Borobudur.
Candi Borobudur ‘hilang’ dalam catatan sejarah sejak terjadi mahapralaya letusan Gunung Merapi tahun 1006 dan ditinggalkan pemiliknya yang pindah ke Jawa bagian timur.
Baca Juga: Inilah pelaku utama tersebarnya kasus video asusila ibu dan anak, berikut motifnya....
Bangunan bernafaskan agama Buddha ini tertimbun material vulkanis dan membelukar seperti sebuah bukit kecil. Candi ini ditemukan kembali pada tahun 1814 pada masa pemerintahan Penjajah Inggris, ketika Sir Thomas Stamford Raffles sebagai Gubernur Jendral Inggris berkunjung ke Semarang.
Raffles mendapat laporan bahwa ada sebuah bangunan susunan batu bergambar di daerah Kedu dekat Magelang. Raffles kemudian mengutus H.C. Cornelius, seorang insinyur Belanda yang berpengalaman melakukan eksplorasi kepurbakalaan di Jawa.
Cornelius kemudian mengerahkan lebih kurang 200 orang untuk menebang pohon, membakar semak dan menggali struktur Candi Borobudur. Setelah pekerjaan diselesaikan, Cornelius melaporkannya kepada Raffles.
Karena penemuan tersebut, Raffles kemudian dianggap sebagai orang pertama yang menemukan dan memulai pemugaran Candi Borobudur. Pekerjaan ini dilanjutkan oleh Residen Kedu, Hartman, pada tahun 1835.
Baca Juga: Inovasi dan transformasi kunci keberhasilan industri pariwisata
Disamping pembersihan dia juga meneliti stupa puncak Candi Borobudur. Pembuatan dokumentasi berupa gambar bangunan dan relief candi dilaksanakan oleh Wilsen selama empat tahun mulai tahun 1849. Sedangkan untuk dokumentasi foto dibuat tahun 1873 oleh Van Kinsbergen.