HARIAN MERAPI - Nani punya cerita hidayah, bahwa betapa pentingnya keluarga dibnding kesibukan kerja di kantor. Namun ia tersadar akan hal itu setelah jatuh sakit.
Menduduki jabatan manajer, tuntutan tugas yang dibebankan kepada Neni (semua nama disamarkan) semakin berat. Ia harus mengontrol beberapa cabang dari perusahaannya. Di kota tempat Neni tinggal, ada dua cabang yang harus di-handle. Tentu saja ini menguras energi dan waktu.
Di saat bersamaan ia memiliki anak yang baru berusia 3 tahun bernama Nita. Untung orangtuanya bersedia membantu untuk merawat selama ditinggal kerja. Namun, ia tidak punya rasa syukur.
Baca Juga: Hikmah dari selalu menyempatkan membaca Alquran meski di kala waktu sempit
Jam pulang kerja adalah pukul 16.00. Tapi Neni tidak langsung pulang. Ia memilih shopping dulu ke mall hingga pukul 19.00.
"Ya kan aku butuh buat 'me time'. Kalau nggak seperti ini bisa stres aku. Beban kerja di kantor kan tiap hari tambah berat. Aku perlu refreshing," kata Neni ketika diingatkan suaminya, Derma. Malam itu Neni sampai di rumah pukul 20.30.
Tidak hanya suaminya saja yang mengingatkan. Orangtuanya juga sudah berkali-kali mengingatkan agar sepulang kerja langsung kembali ke rumah dan tidak mampir ke mall sebab anaknya masih butuh kasih sayang ibu. Tapi Neni seperti tak menggubris.
Lantaran sering kerja lembur, kesehatan Neni mulai terganggu. Ia kerap diserang penyakit flu dan batuk. Ini disebabkan pola makan tidak teratur dan istirahat yang kurang. Hingga suatu hari ia jatuh sakit karena tipes.
Baca Juga: Genjot program wisata 'Malam di Museum', Benteng Vredeburg bersolek agar milenial tertarik
Dokter meminta ia harus rawat inap di rumah sakit. Di saat itulah ia merasakan betapa keluarga sangat penting. Ibu, ayah, dan suaminya dengan telaten merawat Neni yang tergolek tak berdaya di rumah sakit.
"Yang merawat Nita siapa, Bu?" tanya Neni dengan suara parau.
"Sudah tidak usah memikirkan anakmu. Dia sudah dirawat sama adikmu di rumah. Sekarang kamu fokus dengan kesehatanmu," jawab ibunya.
Neni lantas menangis sesenggukan dan meminta maaf kepada ibunya. Sebab, selama ini ia sudah abai dengan nasihat orangtua dan suami. Tapi apa daya saat ini nasi sudah menjadi bubur.
"Ini sudah menjadi takdir Allah SWT. Kita harus menjalani dengan sabar dan selanjutnya memperbaiki semuanya," jawab ibunya sembari menyuapi bubur kepada Neni.
Setelah dua pekan dirawat di rumah sakit, Neni diperbolehkan pulang ke rumah. Pelan-pelan ia meningkatkan stamina hingga sepekan kemudian mulai aktif kembali.