Diam-diam tanpa sepengetahuan warga, Mbah Jipun, orang sepuh sederhana yang tajam mata batinnya, duduk bersila menyendiri di belakang Musala. Mata batinnya telah menangkap keberadaan Kelik.
Kelik ternyata berada di atas sebuah pohon kelapa. Duduk di atas kelopak daun kelapa. Mbah Jipun cancut taliwanda.
Dalam keremangan senja dipanjatnyalah sebuah pohon kelapa di belakang Musala. Tidak keliru. Di atas kelopak daun, Kelik duduk di situ sendirian.
"Aku tadi siang diajak Mbah Kakung ngunduh legen, Mak," kata Kelik setiap ditanya Emak mau pun Bapaknya.
Siapa pun warga di situ tahu, jika Mbah Kakungnya Kelik atau Mbah Joyokambil, tigapuluh lima hari lalu dipanggil Tuhan karena jatuh dari sebuah pohon kelapa ketika menyadap nira. (Seperti dikisahkan Andreas Seta RD di Kora Merapi) *