HARIAN MERAPI - Jika anak hilang, tentu orang tua akan panik. Begitu pula dengan cerita misteri kali ini.
Semula si anak dikira ikut ibunya pergi ke pasar, namun ternyata hilang belum kembali hingga menjelang maghrib.
Warga heboh dan orang tua pun saling tuduh dan menyalahkan.
Baca Juga: AHY dan Ridwan Kamil sudah dicoret, calon pendamping Ganjar makin mengerucut
Anak hilang dikira ikut ke pasar, warga heboh pun dan orang tua saling tuduh dan menyalahkan, ternyata.....
Menjelang adzan Asar, Pak Ponijo telah merampungkan pekerjaannya untuk hari itu.
Sebagai penyadap air nira, Pak Ponijo setiap pagi dan sore harus memanjat beberapa pohon kelapa untuk mengambil dan memasang bumbung bambu, tempat menampung tetesan air nira.
Proses selanjutnya agar air nira itu menjadi gula kelapa, dikerjakan oleh Yu Tasmi, istri Pak Ponijo.
Sementara menunggu istrinya yang belum pulang dari pasar, Pak Ponijo menikmati rokok tingwenya sambil ura-ura mendendangkan tembang Gambuh.
"Lho, Kelik apa tidak ikut kamu?!" tanya Pak Ponijo begitu melihat istrinya pulang sendirian, tidak bersama Kelik, anak tunggal mereka yang baru berusia empat tahun.
Tak pelak terjadi saling tuduh. Pak Ponijo menuduh, Kelik ikut Emaknya. Sedang Yu Tasmi mengira Kelik ikut Bapaknya. Mendapati kenyataan Kelik tidak ikut keduanya, Yu Tasmi meledak tangisnya.
"Anakku hilang..! Anakku hilang..!" teriak Yu Tasmi sambil kekitrang ke sana ke sini. Beberapa kali yu Tasmi jatuh tidak sadarkan diri, ketika sampai menjelang waktu Maghrib, Kelik belum juga diketahui rimbanya.
Kang Sidal, adik kandung Yu Tasmi, begitu selesai sholat Maghrib, cepat-cepat keluar dan lari ke arah belakang Musala.
Ketika tengah menjalankan sholat, telinga Kang Sidal lamat-lamat seperti mendengar suara tangis bocah laki-laki. Jelas sekali suara itu berasal dari arah belakang Musala. Beberapa orang pun menguber area belakang Musala.
Namun, Kelik tidak juga diketemukan. Meski begitu Kang Sidal bersikukuh jika keberadaan Kelik ada di sekitar belakang Musala.