Makna itu diambil dari cerita sejarah masalalu tentang masyarakat yang mencegah terjadinya wabah dengan melaksanakan upacara adat Wahyu Kliyu.
"Makna sebaran apem itu adalah permohonan kepada sang pencipta. Zaman dahulu ada pagebluk, kalo sekarang itu, Corona kemarin, tapi dulu itu pagebluk. Hanya dulu banyak orang sakit, bahkan esok lara sore mati, sore lara esok mati (pagi sakit, sore meninggal, atau sore sakit pagi meninggal)," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Karanganyar, Yoppi Eko Jatiwibowo mengatakan, upacara ini merupakan kali kedua dilaksanakan pasca Pendemi Covid-19.
Pada tahun 2022 lalu, pelaksanaan upacara adat Wahyu Kliyu hanya dilaksanaan dengan pagelaran wayang, namun di pelaksanaan tahun ini sudah mulai kembali normal.
Baca Juga: Luka Parah, Bocah SD di Salatiga Jawa Tengah 'Diserang' Kucing Tetangga
"Ini sudah kedua kalinya digelar pasca pandemi. Tapi tahun kemarin kurang begitu meriah seperti ini, karena kemarin baru pertama, pasca pandemi," ungkapnya.
"Ini sudah kembali meriah, dan ini merupakan salah satu kegiatan yang memang difasilitasi oleh bupati, untuk dengan tujuan lestari terus," lanjutnya. *