Menguak petilasan Eyang Ismaya di Klampis Ireng Ponorogo, kesederhanaan mencerminkan sifat pribadi yang jujur

photo author
- Kamis, 8 Juni 2023 | 17:40 WIB
Arca Semar dan ubarampe sesaji di Klampis Ireng, Ponorogo. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)
Arca Semar dan ubarampe sesaji di Klampis Ireng, Ponorogo. (MERAPI-AMAT SUKANDAR)

HARIAN MERAPI - Menguak petilasan Eyang Ismaya di Klampis Ireng Ponorogo, kesederhanaan mencerminkan sifat pribadi yang jujur dan benar.

Bagi orang Jawa hampir tidak ada yang tidak mengenal tokoh yang satu ini, Semar. Mereka mengenal nama tokoh panakawan ini terutama dari ceritera wayang.

Namun juga ada di antara orang Jawa mengenal tokoh ini lewat dunia mistis, jagad kebatinan.

Baca Juga: Lima keistimewaan wanita dalam Islam, diantaranya dapat masuk surga dari pintu manapun

Meskipun di alam modern sekarang ini mungkin juga ada anak Jawa yang tidak mengenal tokoh “Sang Pamomong” ini. Dalam ceritera wayang, tokoh ini asli dari Indonesia.

Semar tidak ditemukan dalam ceritera asli Mahabharata atau Ramayana di India. Bahkan tokoh ini berpengaruh sebagai ‘nenek moyang’ raja-raja Jawa dan menjadi pamomong ‘danyang’ Pulau Jawa.

Ada berbagai versi ceritera tentang asal-usul Semar yang dipercaya sebagai penjelmaan dewa yang turun ke dunia dan hidup menyatu dengan manusia biasa.

Dia mempunyai tugas luhur untuk mengasuh pihak-pihak yang berbudipekerti dan menjunjung tinggi kebenaran.

Sehingga Semar juga disebut sebagai ‘dewa pamonging satriya, sinamar dadi kawula’ (dewa pengasuh kesatriya yang menyamar sebagai hamba).

Baca Juga: Hati-hati, penipu di ruang digital kerap manfaatkan kenyamanan dan kelengahan calon korban

Wujud gambar Semar sangatlah sederhana. Tidak ada mahkota dan hiasan yang berlebihan. Kesederhanaan inilah yang mencerminkan sifat pribadinya, jujur dan benar.

Sepi ing pamrih dalam melaksanakan tugasnya sebagai abdi atau punakawan satriya utama. Badannya yang gemuk bermakna, meskipun hanya sebagai rakyat jelata dia bukan orang yang hina dan kurang pangan.

Wajahnya yang menengadah menunjukkan sebagai orang yang optimis dalam menghadapi segala permasalahan hidup dengan bersandarkan pada rasa percaya diri dan kekuasaan Illahi.

Dan yang menarik adalah ekspresi wajahnya yang “dualistis”, artinya tidak muda - tidak tua, tidak sedih – tidak gembira, ketawa atau menangis sama saja. Wajahnya kadang-kadang pucat, kadang-kadang bersinar.

Dia pun tidak menyandang senjata, karena senjatanya adalah kawaskithan dan kawicaksanan dengan ketajaman akal dan naluri terhadap nilai-nilai kebenaran.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X