Bagi orang Jawa hampir tidak ada yang tidak mengenal tokoh yang satu ini, Semar. Mereka mengenal nama tokoh panakawan ini terutama dari ceritera wayang. Namun juga ada di antara orang Jawa mengenal tokoh ini lewat dunia mistis, jagad kebatinan. Meski di alam modern sekarang ini mungkin juga ada anak Jawa yang tidak mengenal tokoh “Sang Pamomong” ini.
DALAM ceritera wayang, tokoh ini asli dari Indonesia. Semar tidak ditemukan dalam ceritera asli Mahabharata atau Ramayana di India. Bahkan tokoh ini berpengaruh sebagai “nenek moyang” raja-raja Jawa, dan menjadi pamomong ‘danyang’ Pulau Jawa.
Ada berbagai versi ceritera tentang asal-usul Semar yang dipercaya sebagai penjelmaan dewa yang turun ke dunia dan hidup menyatu dengan manusia biasa. Dia mempunyai tugas luhur untuk mengasuh pihak-pihak yang berbudipekerti dan menjunjung tinggi kebenaran.
Sehingga Semar juga disebut sebagai ‘dewa pamonging satriya, sinamar dadi kawula’ (dewa pengasuh kesatriya yang menyamar sebagai hamba).
Baca Juga: Gereja Maria Assumpta Pakem Gelar Vaksinasi untuk Seribu Warga Sekitar
Seperti dikisahkan dalam kitab-kitab Manikmaya, Kandha dan Paramayoga, Semar berasal dari ‘alam kadewatan’ (dunia dewa). Dalam kitab tersebut diceriterakan, putera Sang Hyang Wenang yang bernama Sang Hyang Tunggal menikah dengan Dewi Rekatawati.
Sepasang suami-isteri tersebut melahirkan putera berupa sebuah telur ajaib, yang melesat ke hadapan kakeknya, Sang Hyang Wenang. Oleh sang kakek telur ajaib tersebut disabda-cipta menjadi tiga dzat hidup yang bersifat ‘dewa’. Bagian kulitnya yang keras menjadi Sang Tejamantri, bagian putih telur menjadi Sang Ismaya, dan bagian kuning telurnya menjadi Sang Manikmaya.
Dalam sayembara memakan gunung, Sang Tejamantri dan Sang Ismaya kalah melawan Sang Manikmaya. Sehingga mereka berdua harus turun ke Arcapada untuk menjadi pengasuh manusia-manusia keturunan Sang Manikmaya. Di Arcapada, Sang Tejamantri beralih rupa dan
nama menjadi Togog yang mengasuh manusia-manusia merah yang bersifat serakah.
Baca Juga: Mungkinkah Ada Hantu Sapi Gentayangan?
Sedangkan Sang Ismaya beralih rupa dan nama menjadi Semar yang menjadi pamomong kesatriya-kesatriya berdarah biru yang bergelimang wahyu. Togog dikisahkan selalu gagal membujuk majikannya untuk bersikap dan berbuat baik dan benar. Dan Semar berhasil membimbing asuhannya ke arah perbuatan benar dan luhur.
Dalam ceritera epos Mahabharata dan Ramayana yang berasal dari India, tidak dijumpai nama tokoh Semar dan punakawan lainnya. Menurut sejarawan Prof. Dr. Slamet Muljana, tokoh Semar pertama kali ditemukan dalam karya sastra zaman Kerajaan Majapahit berjudul Sudamala.
Selain dalam bentuk kakawin, kisah Sudamala juga dipahat sebagai relief dalam Candi Sukuh yang berangka tahun 1439. Semar dikisahkan sebagai abdi atau hamba tokoh utama cerita tersebut, yaitu Sahadewa dari keluarga Pandawa. Tentu saja peran Semar tidak hanya sebagai pengikut saja, melainkan juga sebagai pelontar humor untuk mencairkan suasana yang tegang. (Ditulis: Amat Sukandar)