“Yang main ya yang menunggu di makam itu. Penunggu yang tak kasat mata,” jawabnya.
Seketika meremang bulu kudukku. “Seolah-olah sedang ada ledhek yang sedang pentas. Itulah sebabnya, makam ini disebut Gumuk Ledhek”. (Seperti dikisahkan Fery Lorena Yanni di Koran Merapi) *