Masjid Sang Cipta Rasa tak bisa dilepaskan dari bagian sejarah Islam di tanah Cirebon

photo author
- Sabtu, 13 September 2025 | 17:30 WIB
Masjid Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1408 (indonesiakaya.com)
Masjid Sang Cipta Rasa dibangun pada tahun 1408 (indonesiakaya.com)

HARIAN MERAPI - Masjid Agung Cirebon juga dikenal dengan nama Masjid Agung Sang Cipta Rasa, merupakan masjid kuno yang berada di kota Cirebon dan terkait dengan sejarah Islam.

Masjid ini terletak di dalam kompleks Keraton Kasepuhan, Kota Cirebon, Jawa Barat. Lokasi Masjid ini berada di bagian barat dari Alun-Alun Kota Cirebon.

Menurut cerita, masjid ini adalah masjid tertua di Cirebon, yaitu dibangun sekitar tahun 1480 Masehi atau semasa dengan Wali Songo menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.

Baca Juga: Rektor UIN Salatiga minta mahasiswa pascasarjana buat Tri Dharma berdampak, ada tiga mahasiswa asal LN

Nama masjid ini diambil dari kata "sang" yang bermakna keagungan, "cipta" yang berarti dibangun, dan "rasa" yang berarti digunakan.

Menurut tradisi, pembangunan masjid ini dikabarkan melibatkan sekitar lima ratus orang yang didatangkan dari Majapahit, Demak, dan Cirebon sendiri.

Dalam pembangunannya, Sunan Gunung Jati menunjuk Sunan Kalijaga sebagai arsiteknya.

Selain itu, Sunan Gunung Jati juga memboyong Raden Sepat, arsitek Majapahit yang menjadi tawanan perang Demak-Majapahit, untuk membantu Sunan Kalijaga merancang bangunan masjid tersebut.

Baca Juga: Tahukah Anda cara mengolah daging ayam agar tetap segar dan layak konsumsi, begini tips dari pakar kedokteran hewan IPB

Dahulunya masjid ini memiliki memolo atau kemuncak atap. Namun, saat azan pitu (tujuh) salat Subuh digelar untuk mengusir Aji Menjangan Wulung, kubah tersebut pindah ke Masjid Agung Banten yang sampai sekarang masih memiliki dua kubah.

Karena cerita tersebut, sampai sekarang setiap salat Jumat di Masjid Agung Sang Cipta Rasa digelar Azan Pitu.

Yakni, azan yang dilakukan secara bersamaan oleh tujuh orang muazin berseragam serba putih.

Gaya arsitektur masjid mengambil perpaduan gaya Jawa dan Hindu Majapahit. Terlihat dari gapura di bagian halaman masjid dan serambi.

Baca Juga: Di Tengah Lika Liku Ekonomi, Yuk Kencengin Skill untuk Bersaing di Era Digital

Tembok merah berdiri rapi dan kokoh di Kompleks Keraton Kasepuhan. Di dalamnya terdapat bangunan menyerupai bentuk limas dengan 3 tingkat di bagian atapnya.

Halaman:
Dilarang mengambil dan/atau menayangkan ulang sebagian atau keseluruhan artikel
di atas untuk konten akun media sosial komersil tanpa seizin redaksi.

Editor: Swasto Dayanto

Sumber: indonesiakarya.com

Tags

Artikel Terkait

Rekomendasi

Terkini

Cerita misteri saat pentas malam pelepasan mahasiswa KKN

Sabtu, 13 September 2025 | 22:00 WIB
X