HARIAN MERAPI - Siapakah sebenarnya Kyai Candrabumi yang makamnya berada di Candimulyo Magelang?
Dia bukanlah orang biasa dan dipercaya masih trah keturunan Sultan Ngayogyakarta Hadiningrat.
Dengan kelebihan dalam ilmu agama, terampil olah kanuragan dan perilaku penuh kearifan yang diamalkan semasa hidupnya, kisah hidup almarhum Kyai Candrabumi sampai sekarang menjadi mitos yang mempunyai daya magis religius bagi masyarakat Candimulyo dan sekitarnya.
Bila kini warga masyarakat di daerah ini melestarikan dan menghormati makam petilasannya sebagai pepundhen dengan menyelenggarakan Sadranan, itu sudah semestinya.
Tempat yang kini dianggap sebagai makam Kyai Candrabumi sebenarnya adalah petilasan ketika melakukan samadi. Sebab, Kyai Candrabumi dipercaya moksha.
Petilasan ini terletak di dusun Gupitan desa Podosoko Kecamatan Candimulyo Kabupaten Magelang. Makam petilasan ini di pojok sisi utara kompleks makam dengan cungkup sederhana.
Tidak ada batu nisan di makam petilasan ini. Sebaran bunga mawar banyak menumpuk di sini.
Baca Juga: TMMD di Kodim 825 Banyuwangi Bukan Sekadar Bangun Desa, Tapi Juga Bangun Jiwa
Sedangkan makam para pengikut setianya yaitu Ki Anggajaya dan Ki Anggacitra yang juga menjadi pekathik (juru pelihara kuda), berada di sebelah barat cungkup. Dua makam tersebut dikelilingi pagar tembok tanpa atap.
Almarhum Kyai Candrabumi adalah seorang putra Sultan Mataram. Kabar tersebut diterima secara gaib oleh salah seorang juru kunci makam, Pak Sadjijo.
Pada tahun 1960 dalam laku prihatin Pak Sadjijo bermimpi melihat seekor burung perkutut putih yang hinggap di atas cungkup makam Kyai Candrabumi.
Dia mendengar suara gaib yang mengungkapkan asal-usulnya Kyai Candrabumi. Disebutkan, Kyai Candrabumi adalah putra Sultan Mataram yang bernama Gusti Amat.
Baca Juga: APTI Jateng Dorong Peningkatan Mutu Kualitas Tembakau
Beliau sebenarnya mempunyai hak menjadi sultan. Namun karena ada beda pendapat dengan sultan yang berkuasa saat itu, akhirnya Gusti Amat memilih keluar dari istana dan mengembara ke pedesaan, yang akhirnya bermukim di salah satu dusun yang kini bernama Gupitan.