Dan tarub tempat pagelaran tidak roboh diterpa angin. Tidak lama kemudian, hujan dan angin pun mereda.
Keadaan menjadi kembali tenang sehingga banyak yang menonton pertunjukan wayang kulit yang digelarnya semalam suntuk.
Lain lagi dengan pengalaman mistisnya ketika dia ditanggap di Seyegan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Ada misteri yang belum terpecahkan sampai kini, kenangnya.
Pada tahun 1995, bulan Besar, harinya Jum at Kliwon, Ki Mas Lurah Cermo Radyo Harsono melaksanakan pagelaran wayang kulit pada acara ritual tradisional Merti Desa dengan memuliakan pepundhen makam mBah Bergas di dusun Ngino.
Lakon yang digelar saat itu Tumurune Gada Rujak Polo . Setelah pagelaran wayang kulit usai, pohon beringin besar yang berada di dekat makam pepundhen itu terbakar habis.
Menurut ceritera warga setempat, nyala api yang membakar pohon beringin tua itu bermula dari puncak pohon, terus merambat ke bawah sampai ke akar-akarnya.
Bagi masyarakat setempat, sampai kini terbakarnya beringin itu masih menjadi teka-teki, bahkan misteri. (Amat Sukandar/Koran Merapi) *