Tutut tidak peduli bahwa suaminya butuh uang transport karena dia bekerja di pabrik di luar kota. Tutut tidak peduli bagaimana suaminya akan mendapatkan HP
baru untuknya.
Siang itu, Mudi masuk kerja siang. Dari rumah dia berangkat jam satu siang karena dia masuk kerja jam tiga sore. Butuh waktu hampir dua jam baginya untuk sampai ke pabrik tempatnya bekerja.
Pikirannya kacau. Bagaimana dia bisa mendapatkan uang untuk membelikan HP istrinya?
Sedangkan dia tahu, jika dia sampai tidak bisa membelikan HP untuk istrinya, istrinya akan berani berbuat nekat. Dan itu yang paling ditakutkan oleh Mudi.
TIIIIIIINNNN….. “Awaaasss!!!” Mudi seketika berteriak sembari menekan rem sepeda motornya kuat-kuat.
Ada seorang kakek tua yang mendadak menyeberang di hadapannya ketika dia melewati jalan yang kanan-kirinya terdapat perkebunan kopi yang cukup luas.
Jalanan waktu itu tak begitu ramai seperti biasanya. Tapi aneh, mengapa ada orang yang tiba-tiba menyeberang di jalur itu?
Padahal biasanya tidak pernah ada orang jalan kaki, apalagi sampai menyeberang di sana karena perkebunan yang luas itu tidak ada jalan yang menembusnya maupun pemukiman di dalamnya.
Jalan itu adalah jalan raya utama yang selama ini lebih banyak dilewati kendaraan besar. (Dikisahkan Fery yanni di Koran Merapi edisi 5 Februri 2025) *
