Jenang abang dan jenang putih ini selanjutnya dibuat menjadi 7 macam kombinasi : jenang merah, jenang putih, jenang merah silang putih, jenang putih silang merah, jenang putih tumpang merah, jenang merah tumpang putih, jenang baro-baro sebagai kelahiran seorang anak.
Jenang baro-baro adalah bubur yang terbuat dari bekatul atau tepung kulit beras dan di atasnya diberi potongan kecil-kecil gula merah. Ubo rampe jenang baro-baro ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada kakang kawah adi ari-ari atau air ketuban dan tembuni yang keluar saat bayi dilahirkan.
Kakang kawah dan adi ari-ari dipercaya sebagai saudara gaib jabang bayi. Air kawah atau ketuban dipercaya sebagai saudara tua atau kakak sedangkan tembuni dipercaya sebagai saudara muda atau adik.
Ubo rampe jenang baro-baro ini disajikan agar orang yang sedang melakukan selamatan dan hajatan tidak diganggu.
Jenang pliringan adalah bubur yang terbuat dari beras yang bentuknya separuh merah dan separuh putih. Ubo rame jenang pliringan ini dimaksudkan sebagai penghormatan kepada prajurit Ratu Kidul yang bertugas di angkasa dan daratan.
Penghormatan ini dimaksudkan agar antara manusia dan makhluk halus sebagai sesama mahluk Tuhan dapat seiring dalam menjalani kehidupan dan tidak saling mengganggu.
Teh tubruk dan kopi tubruk.
Ditambah rujak degan (klamud) menggunakan air kelapa ditambah gula merah dan garam secukupnya. Sajikan dalam gelas atau cangkir tetapi jangan ditutup. (Hendro Wibowo/Koran Merapi)*