HARIAN MERAPI - Kehilangan ayahanda dan kakakanda, membuat Nyi Ageng Serang mantap menggelar perang melawan Belanda.
Perang pertama Nyi Ageng Serang yang bernama asli RA Kustiyah itu terjadi pada tahun 1792 Masehi.
Saat itu, RM Sundoro kekasih Nyi Ageng Serang sudah menjadi Raja Kasultanan Yogyakarta bergelar Sultan HB II.
Pada saat pertama menggelar perang, RA Kustiyah tertangkap hidup-hidup dan menjadi tawanan Belanda.
Namun atas bantuan Sultan HB II, RA Kustiyah bisa bebas. Syaratnya tidak boleh kembali ke Serang Purwodadi.
Belanda khawatir, jika RA Kustiyah kembali ke Serang bisa membangkitkan pemberontakan lagi.
Untuk sementara waktu RA Kustiyah memenuhi persyaratan dari Belanda, dan tinggal di Keraton Yogyakarta.
Namun tidak lama kemudian, pada tahun yang sama RA Kustiyah nekat kembali ke Serang.
Di Kadipaten Serang, kerabat dekat Panembahan Natapraja bernama Pangeran Kusuma Wijaya sudah mengambil-alih jabatan adipati.
Sejarah mencatat, RA Kustiyah kemudian menikah dengan Pangeran Kusuma Wijaya tersebut.
Sudah itu, RA Kustiyah gencar melakukan dakwah dan pendidikan di kalangan masyarakat. Sejak itulah, RA Kustiyah terkenal dengan sebutan Nyi Ageng Serang.
Sementara itu di Kasultanan Yogyakarta, Belanda mulai mengadakan ontran-ontran.
Perang besar berkobar dan Kasultanan Yogyakarta, kalah.