Disebutkan dalam batu prasasti itu, bahwa Nyi Ageng Serang bernama asli RA Kustiah Wulaningsih adalah putri Pangeran Natapraja.
Pangeran Natapraja ini adalah senopati perang Sultan HB I, yang kemudian menjadi Bupati Purwodadi Jawa Tengah.
Semetara itu, Nyi Ageng Serang ketika menginjak dewasa dikirim ke Keraton Yogyakarta untuk mendapatkan pendidikan militer.
Baca Juga: Ganjar Siap Hadapi Berbagai Format Debat Pilpres 2024
Disebutkan pula, jika Nyi Ageng Serang pernah menjadi istri Sultan HB II. Namun, setelah berpisah dia kembali ke Purwodadi.
Sejak awal, Nyi Ageng Serang berseberangan dengan hadirnya Belanda. Karena itu ketika terjadinya Perang Diponegoro, Nyi Ageng Serang langsung bergabung.
Dia menjadi sesepuh dan salah satu panglima perang pasukan Diponegoro.
Baca Juga: Isyana Sarasvati: Konser di Medan Energinya Seru, Habis Itu Makan Durian
Beliau wafat di Notoprajan, dan dimakamkan di Bukit Trajumas, Padukuhan Beku Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo.
Bukit Trajumas di Padukuhan Beku juga disebutkan merupakan tempat yang pernah menjadi markas Nyi Ageng Serang dan pasukannya.
Sejarah singkat Nyi Ageng Serang ini selalu dibacakan dalam upacara peringatan Hari Pahlawan yang rutin diadakan di kompleks makam.
Lantas, bagaimana kisah hidup dan perjuangan Nyi Ageng Serang saat berperang melawan Belanda? *