HARIAN MERAPI - Cerita misteri sekaligus horor ketika menghadapi kenyataan melihat ibu meninggal secara mengerikan.
Terlihat perut penuh luka. Dan yang lebih mengerikan, ternyata perut ibu berisi mayat orang dewasa.
Bagaimana mungkin kejadian seperti ini terjadi di depan mata saya?
Aku terbangun di petang yang sunyi, di bangunan tua bekas Puskesmas desa. Aku terbaring lemas di samping ibu yang terus-menerus mengelus perutnya. Raut wajah ibu memperlihatkan perjuangan berat lari dari kejaran ayah.
Pagi tadi, aku mendapat teguran keras dari ayah. Kami benar-benar seperti semut dalam lingkaran gajah, tak ada jalan keluar. Namun, kesempatan emas dari Tuhan datang, saat aku memanggil warga yang lewat depan beranda.
Kami pun berhasil lolos dan memilih pergi tanpa membawa apa-apa.
Dari kejauhan, aku membaca raut wajah ayah penuh dengki. Dan ia seperti mengucapkan sesuatu yang tak kudengar.
Kami berlalu tanpa menghiraukan ayah lagi. Aku tak tega melihat ibu. Ia nampak menahan sakit, meski tak berkata apa-apa.
"Ibu jangan khawatir. Kita sudah aman dari setan itu, Bu," ujarku.
"Nak, kamu jangan berkata seperti itu. Bagaimanapun ia ayahmu, tetap orangtuamu. Yang membesarkanmu dan menjaga kita," kata ibuku masih membela ayah.
"Baik, Bu. Sekarang kita mau ke mana?" tanyaku polos.
Ibu menunjuk tempat yang ternyata tidak jauh dari kami. Sebuah puskesmas kosong. Beliau bilang, tempat itu aman, meski sudah hampa sekitar dua tahunan. Aku berlari dengan segera.
Namun, sekujur tubuh sebelah kananku kumat. Aku terduduk lemas, disusul ibu yang membersihkan lantai dengan sehelai sapu tangan. Hatiku menangis melihat ibu yang kesusahan.