“Malam-malam kok masih pake sandal. Mbok dilepas. Bikin lantai jadi kotor. Malam-malam harus ngepel,” gerutunya.
“Hah, jadi simbok keluar barusan ini, cuma buat ngepel?” tanya Linda kaget. “Ini sudah malam, mbok. Sudah jam satu subuh. Mbok sudah, biarin saja. Besok kan bisa,” kata Linda. Lalu dia tidur.
Rasanya baru tidur-tidur ayam antara sadar dan tidak, tiba-tiba mbok Nah mendengar suara orang berjalan. Srtt... Srtt... Srtt.... Suara sandal jepit yang beradu dengan lantai.
Setelah kesadarannya pulih, ia jadi emosi. “Wah kalo begini caranya, lama-lama saya usir orang itu. Jangan mentang-mentang cuma pembantu, terus diremehin begini,” gerutunya sambil bangkit dari tempat tidur.
Ia melihat ke jam dinding. “Jam 2 subuh kok cari gara-gara,” batinnya geram. Linda masih tertidur lelap. Segera ia berjalan ke luar. Di luar gelap gulita.
Kos-kosan itu cuma punya 5 kamar. 4 kamar di depan dan 1 kamar pembantu di belakang. Begitu masuk langsung ruang tamu. 2 kamar kos saling berhadap-hadapan. Sambil meraba-raba saklar, akhirnya ... Klik.
Ruangan itu terang benderang. Ia melihat di sekelilingnya. “Kok sepi?” Spontan ia melihat ke kamar Joko. “Kamarnya kok digembok ya?” batinnya heran.
Baca Juga: PGRI Jawa Tengah Ingatkan Guru Jadi Pemilih Cerdas di Pemilu 2024, Jangan Ikut Arus Politik
Spontan dia melirik 3 kamar lainnya. “Digembok semua?” Lalu dia melihat ke arah pintu luar. “Tadi sudah tak gembok. Oh iya. Ini kan malam minggu, semua penghuni kosnya pada pulang,” batinnya.
“Lalu suara tapak kaki siapa barusan?” - Semua nama samaran (Seperti dikisahkan Hendro Wibowo di Koran Merapi) *