HARIAN MERAPI - Ini adalah cerita misteri tentang bakul tenongan di Yogyakarta yang mengalami keberuntungan setelah dagangannya dibeli makhluk halus penghuni pohon beringin.
Keberuntungan apa yang dialami bakul tenongan itu?
Seputar tahun 1960-an di Yogyakarta banyak dijumpai bakul seninjong atau bakul tenongan. Barang yang dijual mirip yang disajikan di warung angkringan saat ini. Ada goreng- gorengan, tempe-tahu bacem, nasi bungkus, dan lainnya.
Baca Juga: Berkat Program Ceting Emas, Angka Stunting di Kota Magelang Turun 67,7 Persen
Ditata dalam empat buah tenong. Dipikul dan dijajakan keluar-masuk kampung di kala malam hari.
Sebagai penanda, bagian luar tenong dipasang oncor atau lampu minyak sekaligus sebagai penerang ketika pembeli memilih makanan yang akan disantap.
Kala itu jarum jam sudah menunjukkan angka duabelas. Dagangan Kang Karjo, seorang bakul seninjong, tinggal tahu bacem dua buah dan satu bungkus mihun goreng. Kang Karjo pun pulang, mengakhiri aktifitasnya malam itu.
Di sebuah gang kampung yang sepi, langkahnya terhenti. Sesosok laki-laki super jangkung berperut buncit menghadang, ingin membeli nasi bungkus.
“Huh, laper banget aku. Ditunggu sejak tadi ora rumangsa!”, gumam lelaki bertubuh tinggi itu.
“Waduh. Sudah entek-entekan je, Mas. Tinggal tahu bacem dua biji dan satu bungkus mihun goreng. Kersa?” jawab Kang Karjo sambil menurunkan pikulan tenongnya dari pundak.
Baca Juga: Tempati Bangunan Bersejarah, BTPN Syariah Yogyakarta Relokasi Kantor Baru
Mungkin saking laparnya, lelaki jangkung perut buncit itu langsung membuka tenong. Tanpa sungkan, tahu bacem dua buah tersebut diemplok begitu saja tanpa dikunyah.
Begitu pula mihun goreng yang tinggal sebungkus. Tanpa dibuka lebih dulu, langsung masuk mulut...bleng!
“Aduuuh... bagaimana ini, masih lapar!”, gumam lelaki itu sambil memegangi perut buncitnya.
Lalu, tanpa seizin Kang Karjo lelaki itu melepas tali yang mengikat lampu minyak pada tenong. Bakul seninjong itu benar-benar kaget melihat ulah lelaki tersebut.