HARIAN MERAPI - Dalam syiar Islam di wilayah Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur tidak segampang membalik telapak tangan.
Dalam cerita yang dikaitkan dengan sejarah berdirinya Kabupaten Ponorogo ini tidak lepas dari keberadaan tokoh sakti dan yang konon dikenal dengan orang dekat Prabu Brawijaya Raja Majapahit.
Tokoh sakti ini adalah Surya Alam yang kemudian pada perjalanan sejarah ia dikenal dengan nama Ki Demang Suru Kubeng dan dikenal lagi dengan Ki Demang Kutu.
Baca Juga: Polusi udara Jakarta makin parah, kota paling berpolusi kedua di dunia, ini indeksnya
Petilasan Suru Kubeng berada di Desa Kutu, Kecamatan Jetis, Kabupaten Ponorogo yang berjarak kurang lebih 10 kilometer arah tenggara dari pusat Ponorogo.
Ki Demang ini beragama Budha dan memiliki dua senjata ampuh , yakni dua keris bernama Kyai Jabadros dan Keris Condong Rawe.
Wilayah Ponorogo ketika itu masih bernama Wengker yang dikendalikan oleh Ki Demang di kawasan Suru Kubeng.
Baca Juga: Penyu ditemukan terdampar di Pantai Mlarangan Kulon Progo, seperti ini kondisinya
Ketika Prabu Brawijaya menobatkan Raden Patah sebagai pemimpin daerah Demak Bintara, Ki Ageng Surya Alam merasa kecewa atas kebijakan Raja Brawijaya.
Ia merasa seharusnya dirinya yang lebih pantas untuk menyandang jabatan tersebut. Karenanya ketika terjadi peperangan di Majapahit, Ki Ageng Surya Alam atau Demang Kutu ini memilih pergi dan mendirikan padepokan di Wengker.
Daerah kekuasaannya di masa lalu, kademangan Suru Kubeng, sekarang menjadi nama sebuah desa yaitu Desa Kutu, Kecamatan Jetis.
Baca Juga: Sakit hati diselingkuhi, satpam potong paksa rambut istri, begini kasusnya
Ki Demang Kutu adalah seseorang ahli sihir, sakti dan berilmu tinggi. Bahkan dia memiliki dua buah keris yang menjadi andalannya, yaitu Kyai Jabadras dan Kyai Condong Rawe.
Di daerah pelariannya, yaitu Wengker, Ki Ageng Kutu ink cukup sukses membangun sebuah daerah kekuasaan.
Selanjutjnya kebesaran Wengker dianggap sebagai ancaman bagi Raden Patah mengutus Raden Batoro Katong dan para pengawalnya untuk membentuk sebuah daerah kekuasaan di daerah Wengker tersebut sekaligus syiar Islam.