HARIAN MERAPI - Cerita misteri yang dialami Kamal ketika diserbu ribuan tawon.
Kamal bisa selamat berkat bantuan kekuatan gaib yang tak terduga.
Pada tahun 1970-an permainan katapel atau sering disebut plintheng masih akrab di kalangan anak-anak. Katapel bisa untuk menembak burung pemakan padi, tupai, mau pun tikus.
Bisa juga untuk menembak ayam piaraan milik warga. Namun, yang terakhir tersebut sudah berbau kriminal. Merugikan orang lain.
Siang itu sepulang sekolah, Kamal (bukan nama sebenarnya), meraih katapelnya yang cemanthel di canthelan baju. Buru-buru dia mendatangi pekarangan rumah Pak Sitok (nama samaran), tetangganya.
Ketika pulang sekolah tadi Kamal melihat ada burung trothokan hinggap di pohon duwet besar milik Pak Sitok. “Nah tuh masih ada,” ujarnya.
Siswa SD kelas enam itu lalu mengambil sebuah kerikil sebesar kelereng. Senjata katapel miliknya dia pentang kuat-kuat. Matanya yang sebelah kiri dia pejamkan.
Merasa bidikannya sudah pas, peluru kerikil pun dia lepaskan. Kerikil melesat. Namun, burung trothokan yang menjadi sasaran tembak ternyata waspada. Bisa mengelak dan segera terbang menjauh.
Baca Juga: Penelitian : Wanita yang hamil pertama di usia lebih tua memiliki risiko terkena kanker payudara
Batu kerikil justru mengarah ke sasaran lain, yaitu ke sebuah… sarang lebah gung atau tawon endhas yang ukurannya besar itu.
Thas…! Sarang lebah gung yang bergantung di sebuah dahan yang tinggi pecah berantakan. Tentu saja membuat kaget penghuninya. Dan… nguuuung, gerombolan lebah pun terbang kesana-kemari tak tentu arah.
Kamal sigap. Dia tahu jika lebah-lebah tersebut marah karena istananya hancur. Dan sepertinya lebah-lebah itu tahu jika yang menghancurkan istananya adalah dia.
Sebelum ribuan lebah itu menyerang dirinya, Kamal lebih dulu lari meninggalkan tempat itu. Asal berlari dan menjauh dari tempat itu. Tidak tahu yang dituju. Tidak sadar langkah kakinya memasuki makam desa.
Karena kurang wapada dan tidak konsentrasi, kakinya menendang tumpukan kayu kering. Bruk! Tubuhnya jatuh tengkurap. Kamal berusaha bangun, tidak bisa. Sepertinya ada sesuatu yang menindih tubuhnya.