HARIAN MERAPI - Kelompok perajin jamu tradisional Jati Husada Mulya (JHM) yang beralamat di Padukuhan Watu, Argomulyo, Sedayu, Bantul beranggotakan 30 ibu-ibu warga setempat.
Mayoritas usaha para perajin jamu tradisional tersebut merupakan usaha turun-temurun atau warisan dari nenek-moyangnya.
Pada awalnya para perajin jamu tradisional hanya memasarkannya dengan jalan kaki maupun naik sepeda onthel.
Suatu hal disyukuri, usaha jamu tradisional tersebut masih eksis sampai sekarang serta dapat menjadi tambahan penghasilan rumah tangga.
Pasalnya, warga padukuhan setempat rata-rata bermata pencaharian sebagai petani.
Menurut Ketua Kelompok JHM, Wagiyanti yang akrab disapa Bu Yanti, jamu tradisional yang diproduksi kelompoknya ada dua jenis dan dipasarkan sampai ke berbagai tempat.
“Jenis pertama, yaitu jamu cair antara lain ada kunyit asam, beras kencur, temulawak, brotowali dan uyup-uyup,” ungkap Bu Yanti, baru-baru ini.
Baca Juga: Polres Salatiga tindak 3.378 pelanggar, 114 Motor, 133 SIM dan 356 STNK disita
Sedangkan jenis jamu tradisional kedua, sebutnya, yakni berwujud instan dan diproduksi secara berkelompok di ruang produksi Omah Jamu padukuhan setempat.
“Jamu tradisional instan yang kami produksi, antara lain jahe, secang, beras kencur, kunir putih dan temulawak,” tambahnya.
Adapun ikhtiar untuk menjaga, meningkatkan mutu/kualitas hingga pemasaran produk jamu tradisional tersebut dilakukan dengan beragam cara.
Salah satunya, dengan mengajukan permohonan kepada Pusat Penelitian, Pengabdian kepada Masyarakat dan Kerjasama (P3MK) Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY).
Baca Juga: Kronologi Binaragawan Justin Vicky yang Tewas Usai Angkat Beban Back Squat 210 Kg