Baca Juga: Stasiun Palbapang Masih Bertahan Meski Kereta Tak Lagi Datang
Pertama, menebar “kebaikan” tidak memerlukan modal terlalu besar seperti halnya menanam modal pada suatu usaha bisnis atau menanam padi atau jenis tanaman lainnya. Bisnis yang akan dilakukan membutuhkan modal yang sangat besar. Demikian juga menanam padi misalnya, kita perlu memiliki modal atau sarana produksi, seperti; sawah, benih, pupuk, obat-obatan dan tenaga. Artinya menanam padi memerlukan biaya produksi besar.
Sedangkan menanam “kebaikan” modal utamanya adalah kemauan, kemampuan dan keikhlasan. Kemauan adalah modal utama yang menggerakkan untuk menanam. Kemampuan merupakan proses yang harus dilakukan untuk menanam. Dan keihlasan adalah motif yang mendasari kemauan kita dalam menanam.
Menanam “kebaikan” yang didasari dengan motif selain mencari ridha Allah, maka dapat menimbulkan penyakit dan merupakan suatu pekerjaan yang sa-sia. Artinya, hasil panen dari apa yang kita taman, cepat atau lambat akan habis sia-sia, bahkan bisa justru
menimbulkan kesengsaraan, penderitaan dan kehinaan. Karena itu, penyakit dari tanaman “kebaikan” adalah sifat ria.
Kedua, hasil panen dari menanam “kebaikan” tidak tergantung pada berapa banyaknya atau besarnya sarana produksi secara kuantitatif, seperti halnya menanam saham pada suatu perusahaan atau seorang petani yang akan menanam padi. Hasil menanam saham atau panen yang diperoleh dari menanam padi sesuai dengan hukum produksi.
Baca Juga: PPKM Diperpanjang, Bupati Bantul Pastikan Ada Kelonggaran
Misalnya, menanam saham di suatu perusahan akan dapat keuntungan sekian persen, atau menanam padi di sawah seluas satu hektar akan panen rata-rata 4-6 ton gabah sekali panen. Sedangkan panen menanam “kebaikan” itu tergantung dari keikhlasan dalam hati kita. Karena keikhlasan itulah yang menentukan nilai kebaikan yang akan kita dapat. "Innamal a'malu bin niyaat", demikian sabda Kanjeng Nabi Muhammad SAW.
Ketiga, menanam kebaikan akan menumbuhkan harapan hidup yang lebih optimis. Optimis dalam hidup itu penting. Karena sikap optimis inilah yang menjadi energi positif sekaligus sebagai penggerak bagi kita untuk kian giat dan tekun dalam bekerja.
Keyakinan diri akan masa depan yang lebih baik merupakan spirit dan motivasi spiritual yang kuat bagi munculnya pribadi yang senang kepada kebaikan. Hidup dalam ujian dan cobaan juga kesempatan yang sebaik-baiknya untuk memperbanyak menanam kebaikan.
Pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi, akan menjadikan hidup kita semakin optimis bahwa bersama kesulitan selalu ditemukan adanya kemudahan. Dan memiliki pribadi yang tertanam mentalitas berkelimpahan yang senang menebar kebaikan kepada sesama merupakan solusi terbaik dalam menghadapi semua ujian dan tantangan yang datang dari-Nya. Insya Allah! *