MUNGKIN ini peristiwa langka yang dialami Miskinem warga Pajangan Bantul. Ia kehilangan kalung emas 4,8 gram kira-kira 16 tahun lalu, dan barang berharga itu bisa kembali ke tangannya beberapa hari lalu.
Ya, kalung itu ditemukan orang yang baik hati, yakni mbah Onoikromo di sebuah angkot rute Pajang-Jogja-Bantul tahun 2006.
Kemudian mbah Onoikromo menyerahkan kepada cucunya Abdul Rohman untuk mengumumkan siapa yang kehilangan kalung tersebut. Ironisnya, sampai mbah Onoikromo meninggal, tak ada orang yang mengaku kehilangan kalung, padahal sudah diumumkan oleh Abdul Rohman lewat media sosial.
Baca Juga: Jumlah Suspek Hepatitis Misterius Terus Bertambah, Prof Zubairi Djoerban Ingatkan Kebersihan Tangan
Sampai akhirnya, upaya Abdul Rohman melacak keberadaan sang pemilik kalung tak sia-sia. Ia menemukan alamat Miskinem dan langsung menyerahkan kalung tersebut.
Saat kalung itu ditemukan, semua surat lengkap termasuk nama pemiliknya, namun proses untuk mengembalikan barang berharga tersebut sangat berliku. Cerita di atas bukanlah fiktif, namun nyata dalam kehidupan masyarakat kita. Artinya, di tengah arus modernisasi, masih ada orang-orang baik yang dengan ikhlas mengembalikan barang berharga yang bukan miliknya.
Padahal, di tengah sana ada sekelompok orang yang berebut harta yang bukan miliknya, bahkan kalau perlu dengan cara kekerasan. Andai saat itu mbah Onoikromo dan cucunya diam saja dan mendaku kalung tersebut, sebenarnya tidak akan ada orang tahu. Namun mereka adalah orang-orang baik yang tak mau memiliki harta yang bukan haknya.
Baca Juga: Panglima TNI Minta Jumlah Prajurit Wanita di Pasukan Perdamaian Diperbanyak
Bahkan, mereka malah mencari si empunya barang tersebut, sungguh teladan yang sangat jarang ditemui di zaman sekarang. Semestinya, orang semacam mbah Onoikromo (alm) maupun cucunya Abdul Rohman mendapat apresiasi dari pihak terkait, entah itu kepolisan atau Dinas Sosial.
Tentu ini bukan berarti ada aspek pamrih, melainkan sekadar momentum bahwa di situasi yang serba hedonis-materialis ini masih ada orang yang baik yang menjunjung kejujuran dan kepedulian sosial yang tinggi.
Mereka adalah contoh orang-orang yang masih menjunjung kejujuran dan integritas moral yang saat ini sudah sulit ditemui. Mereka patut menjadi contoh masyarakat, bahkan bisa menjadi sumber inspirasi bagi para penyelenggara negara. Mengapa sampai sejauh itu ?
Baca Juga: Penimbunan Minyak Goreng Curah Sempat Terdeteksi di Temanggung
Ya, karena kita melihat praktik penyelenggaraan negara masih diwarnai berbagai bentuk ketimpangan, korupsi dan seterusnya. Para penyelenggara negara seharusnya belajar dari mbak Onoikromo dan Abdul Rohman. (Hudono)