Misalnya anak kita yang brusia tiga tahun sambil menangis berkata : “Andi jahat, mainan Adi direbut. Adi nggak mau main lagi dengan Andi”!
Tanpa sikap mendengar aktif, orangtua akan merespon dengan ucapan : “Adi tidak boleh mengatakan teman jahat. Ayo minta maaf pada Andi. Kenapa sih kamu ini, kalau ribut lagi nanu kamu saya masukkan ke kamar mandi”.
Respon yang seperti ini tergolong tidak menunjang komunikasi yang sehat, karena tidak ada usaha orangtua untuk memahamai masalah yang dihadapi anak, bahkan berceramah, memerintah sampai kepada mempermalukan serta mengancam anak.
Dengan sikap mendengar aktif, akan tampil respon yang berbeda dari orangtua : “Adi marah yang sama Andi? Kalau begitu, Adi tidak suka direbut mainannya?” Respon ini agak memancing jawaban anak sehingga orangtua dapat memahami perasaan anak.
Baca Juga: Hindari Ritual yang Membahayakan Keselamatan Manusia
Selanjutnya anak diharapkan dapat memecahkan masalah melalui pembahasan atau dialog lebih lanjut dengan orangtuanya. Dan hal ini sekaligus telah melatih anak untuk berbicara secara lebih baik dan penuh perhatian.
Pemiasaan yang seperti ini akan membawa anak untuk senantiasa belajar secara apresiatif untuk melihat berbagai respon orangtuanya ketika menghadapai suatu permasalaan.
Dan hal ini juga merupakan modal sosial yang sangat baik untuk mengantarkan anak manapaki kehidupan untuk masa-masa yang akan datang. Adalah suatu kebahagiaan yang sangat besar dari orangtua manakala anaknya bisa berkembang secara lebih baik dan berhasil menyesuaikan diri secara proporsional dengan lingkungan pergaulannya.
Secara umum, mendengar aktif memiliki beberapa kemanfaatan bagi diri anak yang sedang mencari jati diri; (1) membuat orangtua dapat memberikan jalan bagi anak untuk belajar mengemukakan perasaan dan masalahnya lebih lanjut sehingga jaur komunikasi tetap terbuka,
Baca Juga: Dosen UMY Bekerja Sama dengan KPU DIY Gelar Pelatihan Pemilih Pemula Selama 3 Hari
(2) membuat anak tidak ragu lagi mengemukakan perasaan yang biasanya dipandang jelek dengan bahasa yang baik, (3) mendukung terjalinnya hubungan yang hangat antara anak dengan orangtua,
(4) membantu anak memecahkan masalahnya dalam suasana aman dan diterima, (5) menumbuhkan pada anak sikap bersedia mendengar dan memperhatikan pikiran atau gagasan orang lain, dan
(6) mendengar aktif membuat anak mampu secara aktif memecahkan masalahnya sendiri, yang secara tidak langsung merupakan wahana latihan bagi anak untuk mengembangkan kemampuan yang diwujudkan dalam bentuk kemampuan berbahasa yang baik. *