opini

Belajar dari Krisis

Kamis, 19 Agustus 2021 | 22:54 WIB
Prof Dr Sudjito SH MSi (Foto:Dok Merapi)

Oleh: Sudjito Atmoredjo

VAKSINASI itu identik dengan upaya antisipasi terhadap krisis. Dimaksud krisis adalah  kondisi berbahaya, genting, merujuk pada situasi yang tidak diinginkan, dan tidak diharapkan.


Krisis – apapun wujudnya – selalu rentan menggoyahkaan sendi-sendi kehidupan. Bahkan dapat mengakibatkan kematian. Bila seseorang belum divaksinasi, tidak imun, maka kemungkinan terkena wabah penyakit, amatlah besar.

Sebaliknya, seseorang yang imunitasnya tinggi, cenderung kokoh, ndableg, wantek, tidak mudah terserang penyakit.Pandemi Covid-19, boleh dibilang sebagai krisis kesehatan, berlanjut ke krisis pada semua aspek kehidupan.

Dari krisis berkepanjangan ini, siapapun bisa belajar banyak. Sungguh, di balik krisis pastilah ada hikmah. Hikmah ini hanya bisa didapat oleh orang-orang cerdas, memiliki imunitas, dan kadar keimanan tinggi.


Salah satu contoh, orang yang mampu belajar dari krisis adalah Imam al-Ghazali (1059-1111). Orang ini terkenal di kalangan Islam, dan juga disegani oleh ilmuwan secara umum. Pemikiran luas dan dalam.

Banyak aspek kehidupan - dari agama hingga politik, ekonomi, budaya hukum, dan sebagainya – dipahaminya dengan baik. Hingga sekarang, pemikiran-pemikirannya masih terus relevan dijadikan referensi untuk analisis permasalahan-permasalahan masa kini, maupun prediksi masa akan datang.

Baca Juga: Ganjar Apresiasi Harga Baru PCR : Jangan-jangan Bisa Diturunkan Lagi


Perjalanan hidup al-Ghazali sebenarnya berliku-liku. Karena kepintarannya, pernah menjadi orang kepercayaan Perdana Menteri. Pastilah hidupnya glamor. Serba kecukupan.

Namun, berbagai krisis pernah dialaminya. Di usia 38 tahun, pernah sakit parah, sehingga berbagai kegiatan tak mungkin dilakukan lagi. Sadar bahwa kematian bisa datang kapan saja, maka segeralah kewajiban haji ditunaikan. Pendekatan ke alam akhirat dipandang lebih penting daripada terjebak dalam kehidupan dunia serba fana. Menjadi sufi, adalah pilihannya.


Suatu saat, negara dalam pergolakan politik. Nasihat al-Ghazali amat diperlukan sebagai obat mujarab krisis nasional. Dinasihatkanlah kepada seluruh pendudukan negeri, bahwa kondisi buruk demikian, sebenarnya merupakan implikasi dari kebobrokan moral.

Begitu parah korupsi di kalangan pejabat, ahli hukum, maupun ulama. Intrik-intrik politik dan hukum dianggap wajar. Pengingkaran terhadap nilai-nilai agama diperlihatkan secara vulgar.

Dikaji secara mendalam, akar masalah dari krisis politik (dan segala implikasinya) adalah mewabahnya penyakit cinta dunia (wahn).

Baca Juga: Satgas Covid-19 Pusat Tinjau Pasar Sleman Unit I dan RSUD Sleman

Halaman:

Tags

Terkini

FWK Membisikkan Kebangsaan dari Diskusi-diskusi Kecil

Jumat, 31 Oktober 2025 | 10:30 WIB

Budaya Hukum Persahabatan

Rabu, 24 September 2025 | 11:00 WIB

Generasi PhyGital: Tantangan Mendidik Generasi Dua Dunia

Minggu, 21 September 2025 | 10:13 WIB

Akhmad Munir dan Harapan Baru di Rumah Besar Wartawan

Selasa, 2 September 2025 | 09:52 WIB

Kemerdekaan Lingkungan, Keselamatan Rakyat

Rabu, 13 Agustus 2025 | 10:15 WIB

Mikroplastik: Ancaman Baru terhadap Kesehatan

Kamis, 7 Agustus 2025 | 09:00 WIB

Pro dan Kontra Identik Perpecahan?

Rabu, 6 Agustus 2025 | 12:05 WIB

Mentalitas Kemerdekaan

Jumat, 18 Juli 2025 | 16:50 WIB

Jabatan sebagai Amanah

Kamis, 19 Juni 2025 | 11:15 WIB